REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menetapkan standar tinggi pada setiap organisasi yang ia kelola. Hal ini ia buktikan saat mengembangkan Klub Basket Satria Muda, Republika, hingga Inter Milan.
Erick mengatakan eternitas transformasi BUMN harus menjadikan organisasi-organisasi yang ia pimpin sebagai organisasi juara. Erick teringat dengan buku teks yang ditulis Guru besar Harvard, Profesor Rosabeth Moss Kanter tentang mengajari gajah menari saat ia kuliah MBA di Amerika Serikat (AS).
"Pertanyaannya, bagaimana kita mengajari gajah-gajah BUMN kita, mulai dari Pertamina, PLN, PTPN, MIND ID, Telkom, dan yang lainnya untuk menari. Tidak sekadar menari, tapi beyond tarian. Tarian yang lincah, indah, dan bertenaga di dalam persaingan ekonomi global," ujar Erick dalam orasi ilmiahnya bertajuk "Eternitas Transformasi BUMN: Strategi Terobosan untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia Baru" saat menerima penganugerahan Doktor Honoris Causa bidang Manajemen Strategis pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur (Jatim), Jumat (3/3/2023).
Bagi Erick, hal ini adalah tantangan manajemen strategis yang berbeda yang tidak banyak ditemui pada buku-buku teks manajemen strategis. Erick sejak awal telah mengidentifikasi setidaknya ada tiga masalah utama yakni organisasi kementerian yang cenderung birokratis, organisasi BUMN terlalu besar dan tidak fokus, serta tidak adanya satu nilai yang mengikat.
"Misi saya adalah memiliki BUMN yang menari dengan lincah, indah, dan bertenaga. Seperti Tari Kecak Bali, atau pun Tari Flamenco Spanyol," sambung pria berdarah Lampung-Majalengka tersebut.
Erick menceritakan pengalamannya sejak dari membenahi Republika, Satria Muda, ANTV, Inter Milan, Mahaka, hingga Asian Games, yang mengajarkan jika tidak punya alat untuk bekerja, buatlah alat itu sendiri terlebih dahulu.
"Jadi kesimpulannya, perlu menemukan strategi dan menemukan cara untuk mengajar 'Sang Gajah Menari.' Formula saya adalah kombinasi antara tiga variabel horizontal: kenali misi atau tujuan, kenali inti masalah, dan eksekusi," ucap Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) tersebut.
Sementara itu, pada variabel vertikal, lanjut Erick, ada kecepatan, keakuratan, dan keberhasilan. Erick memilih strategi pada aras eksekusi atau biasanya dikenal sebagai operation strategy.
Meski begitu, Erick menilai persoalan tidak akan selesai hanya karena telah memiliki strategi. Untuk itu, dia meletakkan strategi eternitas transformasi BUMN sebagai strategi eksekusional yang tidak berhenti di konsep dan rencana.
"Inti dari strategi yang eksekusional adalah perkalian dua aksis: sumbu X adalah kenali misi atau tujuan, kenali inti masalah, dan eksekusi, dan pada sumbu Y adalah kecepatan, keakuratan, dan keberhasilan," lanjut Erick.
Erick menjelaskan napas eternitas transformasi BUMN tersandar amanat UUD 1945 dengan transformasi yang melampaui praktik-praktik transformasi pada umumnya. "Karena yang kita kelola adalah transformasi Gajah. Dari gajah yang lambat dan tambun, menjadi kelahiran Gajah raksasa, yang bertubuh besar, namun juga bisa menari seindah dan selincah flamengo. Gajah yang bisa bergerak cepat dan perkasa seperti tornado. Itu lah masa depan BUMN Indonesia," kata Erick menambahkan.