Jumat 03 Mar 2023 22:12 WIB

Dilanda Banjir dan Longsor, Warga Bawean Gotong Royong

Banjir terjadi karena penebangan kayu secara massif di Bawean

Rep: Muhyiddin Yamin/ Red: Partner
.
Foto: network /Muhyiddin Yamin
.

Banjir bandang dan longsor terjadi di Pulau Bawean, Gresik pada Kamis (2/3/2023). Dusun Daun Timur merupakan salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir. Foto: Pendy Ace.

Banjir terjadi karena penebangan kayu secara massif di Bawean

BOYANESIA -- Setelah dilanda hujan yang mengakibatkan terjadinya bencana banjir dan longsor, warga Bawean bergotong royong membersihkan lumpur dan material yang masuk ke perkampungan. Mereka juga bahu membahu membantu warga yang rumahnya rusak akibat diterjang banjir bandang.

Salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir adalah di Dusun Daun Timur, Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean. Setidaknya ada tujuh rumah di Dusun Daun Timur yang mengalami rusak berat akibat diterjang banjir, tiga di antaranya roboh.

“Ada sekitar tujuh rumah yang rusak berat, kemudian warga bergotong royong untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di rumah itu,” ujar salah satu warga Dusun Daun Timur, Junasita (49 tahun) kepada Boyanesia, Jumat (3/3/2023).

Menurut dia, sampah-sampah dan material yang menyangkut di rumah-rumah itu kemudian diangkut dengan mobil pick up. “Tadi sampah-sampah dan kayu itu diangkut beberapa kali pakai mobil,” ucapnya.

Sementara ini belum ada bantuan dari pemerintah kabupaten Gresik untuk membantu rumah-rumah warga yang rusak itu. Tapi, menurut Junasita, biasanya pemerintah desa akan membantu memperbaiki rumah-rumah yang roboh atau rusak itu, baik memberikan bantuan pasir atau pun bantuan uang.

“Pemerintah desa juga telah memberikan bantuan sembako kepada warga yang terdampak,” katanya.

Salah satu warga Dusun Daun Timur rusak berat akibat banjir yang terjadi pada Kamis (2/3/2023). Foto: Istimewa

Akibat banjir yang kembali terjadi pada Jumat (3/3/2023) hari ini tanggul di sungai Dusun Timur juga jebol. Masyarakat pun kembali dilanda ketakutan. Tapi, beruntung banjir yang kedua kalinya itu air sungai tidak sampai naik ke perkampungan.

Pada zaman dulu di Dusun Timur sendiri hampir tidak pernah terjadi banjir bandang. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir banjir cukup sering menimpa dusun yang berada di dekat sungai tersebut. Patut diduga banjir tersebut sering terjadi lantaran adanya penebangan kayu liar.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Bawean: Banjir Longsor, Hingga Jembatan Putus

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean, KH Fauzi Rauf menyesalkan maraknya penebangan kayu secara massif di Pulau Bawean. Hal tersebut dimulai sejak 10 tahun silam, yang sekarang sudah mulai tampak dampaknya.

“Kayu-kayu itu ditebang, disamping untuk dikirim, juga untuk ditanami kayu sengon. Masyarakat kita yang awam, memang kurang memikirkan dampaknya, yang dibayangkan adalah cuan atau uang,” ujar Kiai Fauzi.

Karena itu, menurut dia, sangat penting sekali, pemerintah, tokoh masyarakat, untuk membicarakan ini. Karena faktanya, pada saat musim kemarau, sumber air banyak yang mati, hingga timbul konflik di masyarakat karena air.

“Sedangkan di musim penghujan, justru sering terjadi banjir dan longsor,” katanya.

Baca halaman selanjutnya


Seperti diberitakan sebelumnya, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat melanda Pulau Bawean, Kabupaten Gresik sejak Rabu (1/3/2023) hingga Kamis (2/3/2023) pagi. Akibatnya, banjir dan longsor, hingga tanah bergerak terjadi di beberapa desa yang berada di wilayah Kecamatan Sangkapura.

Baca juga: Pulau Bawean Dilanda Banjir dan Longsor Hingga Tanah Bergerak

Bencana longsor yang parah terjadi di Desa Balik Terus. Setelah hujan reda, pihak pemerintah desa bersama Forkopimcam kemudian juga melakukan gotong-royong. Karena, sampai saat ini belum ada bantuan apapun dari pemerintah daerah.

“Sementara ini belum ada bantuan dari pemerintah,” ucap Kades Balik Terus Abd Aziz kepada wartawan, Jumat (3/3/2023).

Menurut Aziz, di desanya ada sekitar 50 rumah yang terdampak longsor, tepatnya di dusun Songai Teros Deje. Namun, yang paling parah ada dua rumah. “Dua rumah rata dengan tanah akibat longsor, bahkan sudah tidak bisa ditempati lagi dan penghuninya trauma karena dekat sekali dengan are gunung yang longsor,” katanya.

Oleh karena itu, pihaknya akan membangunkan rumah melaui program bedah rumah, khususnya rumah warga yang terdampak longsor yang sangat parah. “Dari sekian bencana, anggaran desa tidak mencukupi tanpa bantuan dari Pemda Gresik,” jelas Aziz.

Saat ini, bantuan yang diharapkan warga adalah sembako dan pembangunan infrastruktur oleh Pemda. Karena, selain terjadi longsor, beberapa fasilitas jalan dan jembatan putus

“Ada tiga jembatan yang putus, dan akses jalan poros desa putus total di Dusun Manggureben. Mobil saya juga tidak bisa keluar desa,” tutupnya.

sumber : https://boyanesia.republika.co.id/posts/204231/dilanda-banjir-dan-longsor-warga-bawean-gotong-royong
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement