REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Kanselir Jerman Olaf Scholz bertemu secara pribadi pada Jumat (3/3/2023). Bahkan penasihat utama mereka tidak dilibatkan dalam percakapan tersebut.
Pertemuan selama lebih dari satu jam ini terjadi di Ruang Oval. Saat pembicaraan berakhir, Biden dan Scholz berjalan melintasi aula menuju Ruang Roosevelt, tempat para pejabat AS dan Jerman berbaur.
Menurut seorang pejabat senior pemerintahan yang meminta anonimitas untuk menjelaskan diskusi tertutup tersebut, Biden bercanda bahwa kedua pemimpin telah menyelesaikan semua masalah dunia sendiri. Gedung Putih tidak mengonfirmasi kesepakatan yang dicapai atau rencana dibuat.
Scholz mengatakan, dia dan Biden ingin berbicara langsung satu sama lain. Dia menggambarkan situasi global saat ini segalanya menjadi sangat sulit.
“Penting bagi teman dekat seperti itu untuk membicarakan semua pertanyaan ini bersama-sama, terus menerus,” kata Scholz.
Pembacaan resmi pertemuan tersebut memberikan sedikit detail tambahan. Kedua pemimpin membahas perang dan bertukar perspektif tentang masalah global lainnya.
Percakapan itu terjadi pada saat yang sulit dalam konflik. Ukraina dan Rusia sedang mempersiapkan serangan musim semi, yang berarti aliran senjata Barat yang stabil akan menjadi penting untuk keberhasilan sekutunya di medan perang.
Tapi, ada kekhawatiran baru bahwa dukungan publik untuk bantuan militer yang sedang berlangsung mungkin berkurang. Selain itu, pejabat AS telah memperingatkan bahwa Cina dapat menyingkir dan mulai menyediakan amunisi ke Rusia.
Tindakan Beijing ini akan mengubah lintasan perang dengan memungkinkan Moskow mengisi kembali persediaannya yang habis.
Cina adalah mitra dagang utama Jerman, dan negara-negara Eropa umumnya lebih berhati-hati daripada AS dalam mengambil sikap keras terhadap negeri tirai bambu itu. Namun, ada tanda-tanda yang mungkin berubah saat persaingan global semakin tegang.
Dalam pidato di parlemen Jerman pada Kamis (2/3/2023), Scholz meminta Cina untuk menggunakan pengaruhnya untuk mendesak penarikan pasukan Rusia. "Dan tidak memasok senjata ke agresor Rusia," ujarnya.
Selama sambutan publik singkat pada Jumat, Scholz mengatakan, sekutu Barat akan mendukung Ukraina untuk selama diperlukan. “Ini adalah tahun yang sangat, sangat penting karena ancaman berbahaya bagi perdamaian yang datang dari Rusia yang menginvasi Ukraina,” katanya.
Biden berterima kasih kepada Jerman karena telah memberikan dukungan militer bersifat kritis. “Dan saya berpendapat, di luar dukungan militer, dukungan moral yang Anda berikan kepada orang Ukraina sangat besar,” katanya.
Menurut Biden, kedua negara bekerja sama untuk memberikan bantuan keamanan penting ke Ukraina. Scholz juga menggambarkan upaya AS-Jerman sebagai langkah yang seirama.
Scholz terakhir mengunjungi Gedung Putih lebih dari setahun yang lalu, tak lama sebelum Rusia menginvasi Ukraina. Kunjungan kenegaraan ini sedikit berbeda karena tidak ada kemegahan dan upacara, berbeda ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron datang ke Washington tahun lalu. Perjalanan Scholz tidak memiliki konferensi pers yang biasa dengan kedua pemimpin menjawab pertanyaan dari wartawan yang mewakili kedua negara.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menggambarkannya sebagai kunjungan kerja nyata antara kedua pemimpin ini. Namun, pemimpin oposisi Friedrich Merz menuduh Scholz merahasiakan perjalanannya ke Washington. Merz menyarankan agar Scholz harus memperhalus kesepakatan untuk menyediakan tank ke Ukraina.