REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bank Dunia pada Jumat (3/3/2023) memperkirakan kerugian akibat gempa yang dialami oleh Suriah mencapai sekitar 5,1 miliar dolar AS atau setara Rp 78,086 triliun (kurs Rp 15.311 per dolar AS). Menurut data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), gempa tersebut menewaskan sedikitnya 50.000 orang, termasuk sekitar 6.000 di Suriah.
Laporan Bank Dunia mengatakan, tingkat kerusakan akibat gempa di Suriah mencapai sekitar 10 persen dari produk domestik bruto negara itu. Provinsi Aleppo di Suriah utara adalah wilayah yang paling parah terkena dampak dan menyumbang 45 persen dari total kerusakan di Suriah dengan kerugian sekitar 2,3 miliar dolar AS.
Wilayah yang juga terkena dampak parah adalah wilayah yang dikuasai pemberontak di Suriah barat laut. Wilayah ini merupakan rumah bagi sekitar 4,6 juta orang. Sebagian besar dari mereka sebelumnya terlantar akibat perang Suriah.
Provinsi Aleppo dan Provinsi Idlib diperkirakan mengalami kerugian 1,9 miliar dolar AS. Sementara Latakia, wilayah yang dikuasai pemerintah mengalami kerugian 549 juta dolar AS.
Gempa bumi juga menambah segudang masalah lain di Suriah. Perang saudara selama hampir 12 tahun telah menewaskan hampir setengah juta orang dan menelantarkan setengah dari populasi pra-perang di Suriah sebesar 23 juta jiwa.
Bank Dunia memperingatkan bahwa masih ada tingkat ketidakpastian yang signifikan seputar penilaian kerusakan. “Bencana tersebut akan menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi yang selanjutnya akan membebani prospek pertumbuhan Suriah,” kata Kepala Bank Dunia untuk Timur Tengah, Jean-Christophe Carret.
Kerusakan yang dinilai dalam laporan tersebut termasuk di sektor perumahan dan non-perumahan, seperti kerusakan langsung pada bangunan dan struktur, serta kerusakan pada situs warisan budaya, yang sangat sulit untuk dikualifikasikan. Dalam laporan penilaian sebelumnya, Bank Dunia mengatakan, kerugian akibat gempa bumi bulan lalu diperkirakan mencapai 34,2 miliar dolar AS.