Sabtu 04 Mar 2023 22:26 WIB

Desainer Anggiasari Ubah Sisa Denim Jadi Busana Siap Pakai di Muffest 2023

Anggia menggunakan sisa denim yang berasal dari produk reject.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Koleksi busana Anggiasari, desainer modest fashion Indonesia. Koleksi ini akan ditampilkan di Muffest+ 2023 pada 9 Maret 2023. Koleksi ini sudah dibawa ke New York Fashion Week tahun lalu.
Foto: Dok. Anggiasari
Koleksi busana Anggiasari, desainer modest fashion Indonesia. Koleksi ini akan ditampilkan di Muffest+ 2023 pada 9 Maret 2023. Koleksi ini sudah dibawa ke New York Fashion Week tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggiasari menjadi salah satu desainer yang ikut berpartisipasi dalam perhelatan Muslim Fashion Festival (Muffest) 2023. Anggia akan menampilkan dua kali pagelaran busana dalam ajang bergengsi yang diselenggarakan pada 9 Maret.

Koleksi yang akan ditampilkan adalah dari AM yaitu brand modest yang mengusung konsep sustainable yang mempunyai strategi konsep recycle sebagai DNA-nya. Anggia menggunakan sisa denim dari garmen lokal Indonesia atau produk denim yang over stock, reject, atau cacat produk. Produk tersebut dikombinasikan dengan bahan yang aman terhadap lingkungan dan nyaman pada kulit yang mengandung katun 85 sampai 100 persen.

Baca Juga

"Koleksi ini sudah dipamerkan sebelumnya pada perhelatan New York Fashion Week 2023," ujar Anggia disela konferensi pers Muffest+, Jumat (3/3/2023).

AM by Anggiasari berkolaborasi dengan Boolao, jenama yang sama-sama mengusung konsep sustainable pada brand DNA-nya. Boolao mengusung konsep “shibori on ecoprint textiles” merupakan perpaduan teknik antara pewarna alami ecoprint dan tiedye dengan desain autentik pada berbagai bahan sutra. Anggiasari mengeluarkan koleksi Autumn Winter 2023/2024.

Komorebi berasal dari Bahasa Jepang yang berarti sinar matahari yang masuk melalui celah dedaunan. Koleksi ini dibuat dengan konsep gabungan tie dye dan shibori dan konsep ecoprint. Shibori adalah teknik tie dye ikat celup manual yang dikenal di Indonesia dengan nama jumputan atau sasirangan.

Ecoprinting adalah teknik di mana tanaman (daun dan bunga), di-tracing dan meninggalkan bentuk, warna, dan bekas pada kain. Bahan tanaman yang dibundel di dalam kain dikukus atau direbus untuk melepaskan pewarna alami di dalam tanaman, menciptakan cetakan kontak dalam bentuk daun atau bunga yang digunakan.

Tekstil ini juga terinspirasi dari wastra Indonesia yang mengikuti pola tradisional di Indonesia. Dia memanfaatkan berbagai macam daun dan bunga, serta memberdayakan komunitas perempuan di Desa Sayang, Jawa Barat.

Semua tahapan tersebut merupakan suatu proses pencapaian perubahan transformasi pada manusia. Utamanya, dilakukan melalui suatu tahapan menjadi versi terbaik dalam hidupnya, yang membutuhkan dedikasi dalam prosesnya untuk menghasilkan suatu perubahan, yang tidak selalu menjanjikan, hasil yang baik dan mudah.

"Dengan dedikasi dan usaha yang sungguh-sungguh, dimulai dengan proses dan menikmati semua proses transformasinya, bisa dipastikan versi terbaik akan didapatkan," kata Anggia. Proses transformasi bentukan baru dari hasil tracing setiap celah dedaunan memperlihatkan sisi perubahan tersebut dan menjadi inspirasi dalam koleksi tersebut.

Komorebi merupakan koleksi androgini style, sporty casual, dekonstruksi, simetric-asimetric, oversize, dan layering. Koleksi ini diperuntukkan pria dan wanita dengan usia 20 sampai 45 tahun dengan atmosfer nonformal . Komorebi memiliki H silhouette, material yang digunakan berupa silk, katun, organza, linen, dan lace. Motif dengan konsep gabungan Shibori dan ecoprint tekstil dijadikan detail dengan aksen layering.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement