REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembagian dividen menjadi salah satu aksi korporasi yang dinantikan investor. Aksi bagi dividen khususnya emiten berkapitalisasi jumbo atau Big Caps menjadi katalis positif untuk menopang pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Melihat kinerja keuangan emiten yang telah rilis, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih memandang sektor keuangan khususnya Big Banks berpotensi membagikan Dividen Payout Ratio (DPR) yang tinggi.
"Ini sejalan dengan laba bersih yang mencatatkan rekor tertinggi. Contohnya BBNI, BBRI, BMRI dan BBCA," kata Ratih, akhir pekan ini.
Menurut Ratih, BBRI berpotensi memberikan DPR sebesar 70 persen dari tahun buku 2022. Pembagian dividen masih akan menunggu persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 13 Maret 2023.
Selain sektor keuangan, sektor energi juga berpotensi memberikan Dividend per Shares (DPS) yang tinggi seiring dengan kinerja keuangan cemerlang di tahun 2022. UNTR mengusulkan pemberian dividen final sebesar per saham pada RUPST yang akan digelar April 2023.
Sebelumnya, UNTR membagikan dividen interim sebesar Rp818 per saham di tahun 2022. Alhasil, total dividen final untuk tahun 2022 sebesar Rp 7.003 per saham, jauh lebih tinggi dari DPS di tahun 2021 sebesar Rp 1.240 per saham.
Emiten di sektor batu bara juga diproyeksikan memberikan DPS yang tinggi sejalan dengan kinerja memukau di tahun 2022. Hal tersebut tercermin dari harga ASP batu bara yang naik signifikan seiring dengan kenaikan harga komoditas batu bara global. Harga kontrak batu bara ICE Newcastle pada September 2022 sempat menyentuh level 450 dolar AS per metrik ton.
Namun, untuk emiten batu bara ke depan khususnya pada 2023 diproyeksikan tidak membagikan dividen besar, sejalan dengan landainya harga batu bara. ICE Newcastle untuk kontrak bulan April terpantau sebesar 196 dolar AS per metrik ton (closing 1/3/2023).
Harga batu bara yang merosot dapat menurunkan Average Selling Price (ASP), sehingga berpotensi menyurutkan kinerja keuangan emiten batu bara di tahun 2023. Alhasil, emiten akan menjaga cash flow untuk melakukan diversifikasi usaha ke depan.
Sementara itu, strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari dividend trap adalah investor perlu mencermati emiten yang secara historis memberikan dividen dan memiliki kinerja keuangan yang baik. "Investor yang telah mengamati ciri-ciri tersebut seharusnya telah mengakumulasi dari beberapa hari sebelum RUPS, sehingga dividend yield yang di dapatkan akan lebih besar," kata Ratih.