Ahad 05 Mar 2023 14:03 WIB

Ini Perbedaan Antara Orang Kafir dan Beriman Memandang Kematian 

Kematian merupakan nikmat bagi orang-orang yang beriman

Rep: Andrian Saputra / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi ziara mengingat kematian. Kematian merupakan nikmat bagi orang-orang yang beriman
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi ziara mengingat kematian. Kematian merupakan nikmat bagi orang-orang yang beriman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dianjurkan bagi setiap Muslim untuk memperbanyak mengingat mati. Dalam kitab at-Tadzkirah karya karya Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh Al Anshari Al Khazraji, Al Andalusi, Al Qurthubi atau dikenal dengan sebutan Imam Qurthubi, dijelaskan bahwa agar supaya kematian itu menjadi peringatan, meminta petunjuk, penerang. Dan itu tidak akan tercapai kecuali dengan bertobat dari dosa-dosa.  

Ada perbedaan antara orang-orang yang beriman dengan orang yang ingkar dalam menyikapi kematian. Jika orang-orang yang ingkar yakni kaum kafirin mengharap mati karena ingin menghindar dari takdir yang ditetapkan Allah SWT padanya. 

Baca Juga

Semisal frustasi karena hilang jabatan atau bangkrutnya harta, sehingga membuatnya berharap-harap untuk cepat mati bahkan hingga bunuh diri. 

Orang-orang yang ingkar berpikir setelah mati semua persoalannya selesai, padahal ada kehidupan setelah kematian dan setiap tindakan mereka ketika di dunia akan dimintai pertanggung jawaban.  

Sementara itu orang-orang yang beriman memandang kematian sebagai satu fase yang dirindukan karena akan bertemu dengan Allah SWT. 

Karena itu ketika masih hidup, orang yang beriman menyiapkan segala sesuatunya sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW untuk menghadapi kematian dan kehidupan di akhirat.  

عن سهل بن عبد الله التستري رحمه الله انه قال : لا يتمنى الموت إلا ثلاثة : رجل جاهل بما بعد الموت،  أو رجل يفر من أقدار الله عليه، او مشتاق محب للقاء الله تعالى

Dari Sahal bin Abdullah at Tustury dia berkata, “Tidak ada yang berharap mati kecuali tiga orang yaitu pertama, seorang yang tidak mengerti keadaan dirinya sesudah kematian, kedua, seorang yang menghindar dari takdir Allah atas dirinya, ketiga, orang yang rindu dan ingin berjumpa dengan Allah SWT”.

Ada sebuah kisah tentang bagaimana Nabi Ibrahim alihissalam ketika akan diwafatkan. Nabi Ibrahim meminta kepada malaikat maut untuk segera mencabut rohnya agar dapat bertemu Dzat yang dikasihinya yakni Allah SWT.  

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

 خليل الرحمن عليه السلام ليقبض روحه. فقال إبراهيم : يا ملك الموت هل رأيت خليلا يقبض روح خليله ؟ فعرج ملك الموت إلى ربه تعالى. فقال تعالى : قل له هل رأيت خليلا يكره لقاء خليله ؟ فرجع، قال : فاقبض روحي الساعة.

Diriwayatkan bahwa malaikat maut mendatangi Nabi Ibrahim alaihissalam untuk mencabut ruhnya, Nabi Ibrahim bertanya, “Hai malaikat maut bagaimana pendapatmu, adakah kekasih yang tega mencabut ruh kekasihnya?” Malaikat maut pun naik ke langit menyampaikan pesan itu kepada Allah. Maka Allah berfirman, “Katakan padanya, bagaimana pendapatmu, adakah kekasih yang tidak suka berjumpa dengan kekasihnya?” Malaikat maut kembali ke bumi, Nabi Ibrahim as berkata : kalau begitu cabutlah ruh ku saat ini juga”. (HR Abu Nuaim)

الموت جسر يوصل الحبيب إلى الحبيب "Kematian adalah jembatan yang menghubungkan yang mencintai dengan yang dicintai. (Hayan bin al Aswad dalam kitab at Tadzkirah bab an nahyi 'an tamanniy al mauti waddu'ai bihi lidzurri nazala fi al-maali wa al-jasadi).   

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement