REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tongxin Jishu Shiyan Weixing-3 (TJS-3), dinamai juga sebagai satelit eksperimen komunikasi, dikirim ke orbit geostasioner pada akhir 2018. Ia kemudian merilis subsatelit kecil, kemungkinan untuk membantu menguji kemampuan TJS-3.
Dilansir dari Space, Ahad (5/3/2023), data orbit mengungkapkan bahwa TJS-3 telah mendekati satelit Amerika dalam beberapa bulan terakhir. Misalnya, akun Twitter Orbital Focus mencatat bahwa satelit telah melayang di sepanjang sabuk geostasioner, tetapi berhenti sejenak untuk melihat dekat satelit USA 233 dan USA 298.
Kedua satelit tersebut dianggap sebagai satelit komunikasi militer yang dioperasikan oleh Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (AS).
Satelit di orbit geostasioner (GEO) beroperasi pada ketinggian 35.786 kilometer di atas Bumi, di mana kecepatannya sesuai dengan rotasi planet dan melihatnya tampak tetap di satu titik di permukaan di bawah. Orbit ini sangat dihargai karena penggunaannya untuk komunikasi dan tujuan lain.
Pada saat yang sama, pesawat ruang angkasa yang menaikkan atau menurunkan orbitnya beberapa puluh mil akan dapat melayang ke barat atau timur masing-masing ke satelit lain. Ini memungkinkan satelit dari waktu ke waktu untuk melewati yang lain dan melihatnya.
Alat web yang menyusun dan menganalisis data kesadaran situasional ruang (SSA), Satellite Dashboard mengungkapkan bahwa TJS-3 mendekati sedekat 6,2 kilometer ke USA 233 pada 31 Oktober 2022. Satelit AS, Rusia, dan Cina semuanya kian giat mengintai satu sama lain di GEO dalam beberapa tahun terakhir, menggunakan pendekatan jarak dekat untuk mendapatkan gambar dan data lainnya.
Ini boleh dibilang telah mengarah pada permainan di mana negara-negara bertujuan untuk mempelajari pesawat ruang angkasa satu sama lain dan menguji kemampuan teknologi ruang angkasa masing-masing. Sedikit yang diketahui tentang satelit TJS-3, tetapi AS dan negara lain pasti akan mengawasi pergerakannya dengan cermat.