Ahad 05 Mar 2023 18:29 WIB

Pentingnya Pahami Penanganan Pertama Situasi Darurat bagi Goweser

Saat ini masih banyak orang yang belum memahami kondisi tubuhnya

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Gita Amanda
Pelatihan CPR (cardiopulmonary resuscitation) kepada pesepeda khususnya yang bertugas sebagai marshal bersama Senior Medical Instructor Yulius Purwanto, di Saung Leuhang, Dago, Kota Bandung, Ahad (5/3/2023). Kegiatan yang digelar republika Jawa Barat ini diharapkan menjadi bekal pengetahuan dalam melakukan pertolongan pertama dalam  menangani pesepeda yang bermasalah dalam kesehatan.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pelatihan CPR (cardiopulmonary resuscitation) kepada pesepeda khususnya yang bertugas sebagai marshal bersama Senior Medical Instructor Yulius Purwanto, di Saung Leuhang, Dago, Kota Bandung, Ahad (5/3/2023). Kegiatan yang digelar republika Jawa Barat ini diharapkan menjadi bekal pengetahuan dalam melakukan pertolongan pertama dalam menangani pesepeda yang bermasalah dalam kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Instruktur Kesehatan sekaligus anggota aktif komunitas sepeda AB2C Adventure Yus Purwanto menegaskan pentingnya pemahaman dan edukasi dasar mengenai langkah penanganan situasi darurat bagi para pesepeda atau pecinta olah raga. Menurutnya, saat ini masih banyak orang yang belum memahami kondisi tubuhnya, yang diperburuk dengan kesalahan dalam memilih jenis olah raga.

 

Baca Juga

Lebih lanjut, dia menjelaskan setiap orang memiliki batas maksimum denyut nadi, rumusnya, 220 dikurangi usia. Angka tersebut menjadi patokan untuk memastikan agar tidak terjadinya overlimit, kambuhnya penyakit bawaan hingga colaps saat sedang berolah raga.

 

“Maka disarankan agar pecinta olah raga memiliki smart watch yang bisa menjadi reminder angka maksimum denyut nadi, untuk menghindari overlimit/colaps dan kambuhnya penyakit bawaan,” paparnya saat menjadi narasumber pelatihan pertolongan pertama situasi darurat yang digelar Republika Jabar di Dago, Kota Bandung, Ahad (5/3/2023).

 

photo
Pelatihan CPR (cardiopulmonary resuscitation) kepada pesepeda khususnya yang bertugas sebagai marshal bersama Senior Medical Instructor Yulius Purwanto, di Saung Leuhang, Dago, Kota Bandung, Ahad (5/3/2023). Kegiatan yang digelar republika Jawa Barat ini diharapkan menjadi bekal pengetahuan dalam melakukan pertolongan pertama dalam menangani pesepeda yang bermasalah dalam kesehatan. - (Republika/Edi Yusuf)

Dia juga menyarankan agar lebih dulu memeriksanakan diri kondisi tubuh melalui medical check up (MCU) sebelum menentukan jenis olah raga yang akan digeluti. Yus mengingatkan bahwa niat untuk mulai berolahraga juga harus diluruskan, merujuk pada masih banyaknya orang yang salah kaprah saat memilih jenis olah raga.

 

“Olah raga sepeda itu sebenarnya aman, tapi memang masih banyak yang salah kaprah, misalnya pemula yang langsung coba track tanjakan, padahal kam yang penting gerak, minimal 30 menit sehari, minimum 150 menit per minggu, jangan memforsir diri mentang-mentang masih muda, karena sekarang penyakit tidak mengenal usia,” jelasnya.

 

Dalam memilih jenis olahraga, sambungnya, juga perlu memperhatikan hormon genetik secara menyeluruh, termasuk penyakit bawaan yang dimiliki. Pola makan, kata Yus, juga sangat berpengaruh dalam menjaga pola hidup sehat, karena olahraga rutin tidak akan optimal jika tidak dibarengi dengan pola makan sehat.

 

Dia memaparkan, sejatinya tubuh manusia akan selalu ‘membunyikan alarm’ alami yang akan berbunyi saat tubuh tidak dalam kondisi baik-baik saja. Alarm sederhana yang banyak ditunjukkan adalah rasa sakit pada pinggang saat tubuh sudah terlalu lama duduk atau kekurangan cairan, begitu juga rasa pening saat tensi darah sedang rendah atau naik, dan sejumlah alarm lainnya.

 

“Jadi tubuh sebenarnya udah ingetin kita, cuma kadang karena kurang paham jadi kita sering abai. Jadi kenali kesehatan diri kita sendiri,” ujar Yus.

 

Saat alarm tubuh berbunyi, langkah terbaik yang dilakukan adalah beristirahat sejenak, ujarnya. Rileks dan tidak panik merupakan kunci terbaik dalam menormalkan kembali kondisi tubuh. Sebaliknya, memaksakan diri adalah tindakan yang dapat memperburuk keadaan dan bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan.

 

“Dengan pengetahuan ini semoga kita bisa lebih sigap dalam menghadapi situasi darurat,” harapnya.

 

Diketahui, Republika baru saja menggelar pelatihan penanganan pertama situasi darurat yang ditujukan bagi tim marshal sepeda Republika. Kepala Perwakilan Republika Jawa Barat, Sandy Ferdiana mengatakan, pelatihan ini merpuakan upaya antisipasi Republika untuk menghindari kejadian yang diharapkan akibat kecelakaan saat berkendara.

 

“Republika tidak ingin salah penanganan, maka kami ingin para marshal sepeda dapat dibekali keilmuan dalam penanganan keadaan darurat sambil menunggu penanganan medis,” kata Sandy, Ahad (5/3/2023).

 

Nantinya, tidak hanya melatih para tim marshal, para pegowes juga akan diedukasi mengenai cara penanganan situasi darurat dan pertolongan pertama saat terjadi situasi darurat. Dia optimis, melalui upaya ini maka Republika dapat melaksanakan langkah penyelamatan yang tepat dan sesuai prosedur, sehingga target zero accident akan lebih mudah terwujud.

 

“Ini bagian dari tanggung jawab kita kepada masyarakat dan peserta gowes Republika,” ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement