REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi terbesar dalam hidup manusia adalah telah membiarkan kesibukan menyita waktu yang didedikasikan untuk Allah. Padahal sesungguhnya, di tengah kesibukan pun umat Islam senantiasa dapat mengingat Allah.
Dilansir di About Islam, Senin (6/3/2023), seorang psikolog dan juga cendikiawan Islam asal Amerika Serikat Hana Alasry mengatakan, jangan sampai kesibukan menjadi prioritas utama di relung hati umat Islam sehingga membiarkan hati lama menjauh dari Allah. Hati, jiwa, dan pikiran harus didisiplinkan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa.
Hana yang telah menghabiskan lebih dari satu dekade melakukan pengorganisasian komunitas Islam dengan penekanan pada inisiatif yang berfokus pada tarbiyah menjelaskan, pada hakikatnya manusia tidak selalu sibuk. Langkah pertama untuk mencoba belajar mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan cara menghapus salah satu aplikasi media sosial di ponsel dan perhatikan waktu luang yang muncul secara ajaib.
"Tidak ada manusia di bumi yang lebih sibuk dari Nabi Muhammad. Di antara tanggung jawabnya yang tiada habisnya sebagai seorang ayah, suami, pemimpin, guru, dan penasihat, Nabi tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa waktu pribadi dengan Allah. Jika Anda percaya itu hanya mungkin karena dia seorang Nabi, pikirkan tentang para sahabat. Mereka juga orang tua, bekerja, dan menjalankan rumah mereka tanpa teknologi penghemat waktu yang kita miliki," ujarnya.
Pendiri SALIM Life Coaching yang berfokus membantu Muslim mempersiapkan pernikahan dan menyembuhkan luka dari trauma masa kecil yang kronis dan menjadi penulis kontributor dalam berbagai topik yang berhubungan dengan iman dan kesehatan ini menjelaskan, kesibukan tanpa mengingat Allah sejatinya akan menjauhkan keberkahan dalam hidup. Akibatnya, hal itulah yang menjadi alasan mengapa begitu banyak orang menjelang akhir hidup mereka bertanya-tanya ke mana perginya tahun-tahun yang telah berlalu itu.
Mereka mempertanyakan apa yang telah mereka kemukakan untuk akhirat mereka dengan semua hari yang mereka miliki. Cara lainnya yang dapat meningkatkan diri mendekat kepada Allah adalah dengan bermuhasabah. Berdialog kepada Allah dan merefleksikan kehidupan yang dijalankan.
Nikmat memprioritaskan Allah
Ketika seorang Muslim memberikan waktu kepada Allah melalui ibadah yang didedikasikan (seperti berdoa, dzikir, mendirikan shalat, dan lainnya), pada hakikatnya ia sedang memberi makan jiwa dengan nutrisi yang terbaik. Dengan begini, ia akan mengingat Allah dan senantiasa memikirkan Allah dengan pemikiran yang baik.
Rasulullah bersabda, "Allah Ta'ala berfirman: Aku adalah seperti yang dikira oleh hamba-Ku. Aku bersamanya ketika dia menyebut-nyebut Aku. Jika dia menyebut-nyebut Aku pada dirinya sendiri, Aku menyebut-nyebutnya pada diri-Ku; dan jika dia menyebut-nyebut Aku dalam suatu majelis, Aku menyebut dia dalam suatu majelis lebih baik darinya," (HR Al-Bukhari).
"Inilah nikmatnya memberikan waktu kepada Allah. Ketika kita mengingat Allah, tanpa gangguan, kita menunjukkan kepada-Nya betapa kita sangat peduli kepada-Nya di dalam hati kita. Sebagai imbalannya, Allah meningkatkan kita dalam kedekatan dan nikmat-Nya. Dia bahkan memberi tahu para malaikat tentang kita dan para malaikat berdoa untuk kita! Mereka menjadi teman dekat kita di dunia ini, sangat ingin berada di sekitar kita," kata Hana.