REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Almuzammil Yusuf menanggapi positif pertemuan antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Pertemuan itu dipandangnya sebagai sesuatu yang terhormat karena menghargai pilihan politik masing-masing.
"Kontestasi politik tidak boleh dalam situasi saling ancam dan sandera, yakni memaksakan pilihan capresnya untuk didukung. Jika tidak ikut mendukung, diancam dengan kriminalisasi hukum," ujar Almuzammil kepada wartawan, Senin (6/3/2023).
Jika situasi saling ancam, hal tersebut merupakan kemunduran demokrasi pada era reformasi. Ini sekaligus pengkhianatan terhadap amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 6A Ayat 2, yang berbunyi, "Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilu."
"Masyarakat kita sudah sangat dewasa dengan perbedaan pilihan dan kandidat politik, termasuk perbedaan capres. Jangan sampai kedewasaan masyarakat ini tidak diikuti oleh para elitenya. Ini lucu, dunia jadi terbalik-balik," ujar Almuzammil.
Seperti diketahui, Surya Paloh menemui Prabowo di Padepokan Garuda Yaksa, Kabupaten Bogor. Seusai pertemuan tertutup yang berlangsung selama sekira tiga jam itu, Prabowo mengatakan keduanya bersepakat menghormati keputusan masing-masing partai politik.
"Saya berbicara cukup luas, cukup mendalam, kita dapat suatu kesimpulan tertentu. Kita sepakat untuk saling menghormati keputusan politik masing-masing, kita sepakat bahwa kita ingin suasana bangsa dan negara selalu dalam keadaan damai, dalam keadaan rukun," ujar Prabowo di kediamannya, Ahad (5/3).
Menurut dia, persaingan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 merupakan hal yang lumrah. Namun, rivalitas tersebut jangan sampai membuat kerukunan antarpolitikus tersebut rusak bahkan tak berkomunikasi lagi.
"Bahwa persaingan, rivalitas itu perlu, bahwa juga kita tidak boleh takut dengan oposisi, tapi oposisi yang selalu konstruktif, selalu damai, dan selalu dalam kerangka NKRI dan selalu dalam kerangka Pancasila, selalu dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika," ujar Prabowo.
Prabowo dan Surya Paloh sendiri sudah bersahabat sejak lama, bahkan sebelum keduanya masuk ke kancah dunia politik. Persahabatan tersebut berlanjut hingga hari ini, meskipun keduanya sudah memiliki keputusan politik tersendiri.
"Ini sebetulnya pertemuan dua sahabat yang kebetulan hari ini kita berkecimpung di bidang politik sebagai keterpanggilan kita sebagai warga negara. Sebagai patriot ingin berbakti kepada bangsa dan negara," ujar menteri pertahanan itu.