Senin 06 Mar 2023 15:25 WIB

Negara Mediterania Dorong Solidaritas Uni Eropa untuk Para Pencari Suaka

Menurut UNHCR sekitar 160.100 migran tiba di Eropa melalui Laut Mediterania pada 2022

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Migran melihat keluar dari kapal nelayan yang berlabuh di pelabuhan Palaiochora di tenggara Kreta, Yunani, setelah kedatangannya, pada Selasa, 22 November 2022.
Foto: Stefanos Rapanis/Eurokinissi via AP
Migran melihat keluar dari kapal nelayan yang berlabuh di pelabuhan Palaiochora di tenggara Kreta, Yunani, setelah kedatangannya, pada Selasa, 22 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, VALLETTA -- Lima negara Uni Eropa di Laut Mediterania pada Sabtu (4/3/2023) menyerukan solidaritas kepada Uni Eropa untuk menerima para pencari suaka di bawah inisiatif relokasi sukarela. Para menteri yang bertanggung jawab atas kebijakan migrasi di Siprus, Yunani, Italia, Malta, dan Spanyol bertemu di Ibu Kota Malta, Valletta, menjelang pertemuan tingkat menteri Uni Eropa di Brussels tentang migrasi.  

Negara-negara di Laut Mediterania tersebut mulai bekerja sama membentuk MED 5 pada 2021 untuk menghadapi tantangan migrasi ilegal. Menteri Migrasi dan Suaka Yunani Notis Mitarachi mengatakan, tahun lalu hanya satu persen migran yang tergabung dalam program relokasi sukarela.

Baca Juga

Para migran itu tiba di negara-negara garis depan di sepanjang perbatasan selatan Uni Eropa dan dibawa anggota Uni Eropa lainnya untuk program tersebut.

“Kita tidak dapat terus berbicara tentang perlunya memaksakan lebih banyak tanggung jawab pada negara-negara anggota garis depan, jika tidak ada mekanisme solidaritas yang sama preskriptif dan wajib terhadap negara-negara penerima pertama,” kata Mitarachi.

Menteri Dalam Negeri Spanyol, Fernando Grande-Marlaska Gomez, mengatakan, proses relokasi sukarela saat ini terlalu lambat, terlalu selektif dengan hasil dan prediksi yang terlalu sedikit. Dia berjanji menghasilkan mekanisme yang lebih efektif ketika Spanyol memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa pada paruh kedua 2023.

Para menteri juga menekankan perlunya bekerja dengan negara-negara di mana banyak migran berasal dan melakukan perjalanan. Menteri Dalam Negeri Malta, Byron Camillieri, mengatakan, langkah-langkah tersebut dapat mencakup memberikan bantuan keuangan ke negara asal atau transit untuk membendung aliran ke Eropa.

Para pejabat selanjutnya meminta badan perbatasan Uni Eropa, Frontex untuk mengerahkan lebih banyak sumber daya dan meningkatkan kecepatan pemulangan terhadap orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk suaka.

“Demi kredibilitas sistem suaka, sangat penting bagi kami untuk membedakan antara mereka yang berhak atas perlindungan internasional menurut hukum, dan mereka yang tidak. Dan mereka yang tidak seharusnya dikembalikan dengan aman dan bermartabat ke negara asal," kata Mitarachi. 

Menurut badan pengungsi PBB, sekitar 160.100 migran tiba di Eropa melalui Laut Mediterania pada 2022. Jumlah tersebut naik 30 persen dibandingkan 2021. Ribuan orang diyakini tewas saat mencoba menyeberangi laut ke Eropa dalam beberapa tahun terakhir. 

Belum lama ini, sebuah kapal yang membawa ratusan migran karam di pantai Italia. Sedikitnya 70 migran tewas setelah perahu kayu yang berangkat dari Turki karam di pantai selatan Italia, di Calabria.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement