Senin 06 Mar 2023 15:55 WIB

Kemenkes Janji Atasi Lonjakan Kasus Campak di Papua

Kemenkes berjanji untuk mengatasi lonjakan kasus campak di Papua.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Bilal Ramadhan
Polda Papua menyalurkan bantuan untuk korban  wabah Campak dan Gizi Buruk. Kemenkes berjanji untuk mengatasi lonjakan kasus campak di Papua.
Foto: dok. Polda Papua
Polda Papua menyalurkan bantuan untuk korban wabah Campak dan Gizi Buruk. Kemenkes berjanji untuk mengatasi lonjakan kasus campak di Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan, dalam tiga bulan terakhir ada peningkatan kasus campak di Papua. Menurut dia, dari 397 kasus yang menyebar di tujuh kabupaten, disebabkan minimnya imunisasi MR sepanjang 2022.

“Setelah menerima laporan ini, kami bergegas melakukan upaya tindaklanjut agar tidak semakin meluas,” ujar Maxi dalam keterangannya di Jakarta dikutip, Senin (6/3). 

Baca Juga

Dia mengatakan, peningkatan kasus campak di Papua Tengah disebabkan oleh rendahnya imunisasi MR untuk anak sepanjang 2022. Berdasarkan data Kemenkes, kata dia, cakupan imunisasi MR1 hanya 64,1 persen, kemudian turun menjadi 48,6 persen pada Imunisasi MR 2.

“Temuan kami di lapangan, 87 persen Kasus yang telah dilaporkan belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Ini terjadi di hampir semua kelompok umur, bahkan status imunisasinya sebagian besar 0 (zero),” jelasnya.

Dengan adanya hal itu, dia menyebut jika Provinsi Papua berisiko dalam penularan campak rubela. Ke depannya, Kemenkes, kata dia, berjanji untuk melakukan berbagai langkah antisipatif.

“Di antaranya melakukan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dan Dinas Kesehatan di 7 kabupaten terkonfirmasi, meningkatkan surveilans aktif dan pemantauan penemuan kasus baru di Provinsi Papua Tengah,” tutur dia.

Tak sampai di sana, ke depan juga akan dilakukan peningkatan cakupan imunisasi. Termasuk memenuhi kelengkapan fasyankes untuk persiapan penanganan kasus campak.

Menyoal tujuh kabupaten yang dilaporkan mengalami kenaikan kasus campak, adalah Nabire, Paniai, Mimika, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai. Menurut Maxi, dari hasil pemeriksaan juga didapati 1 kasus konfirmasi rubella di Kabupaten Mimika.

Dari kasus konfirmasi campak dan rubella tersebut, lanjut Maxi, sebanyak 19 orang masih menjalani perawatan, sedangkan 182 orang sudah dinyatakan sembuh dan 2 orang meninggal.

“Jumlah kasus kematian tercatat 2 kasus, satu kasus berasal dari Kabupaten Nabire dan 1 kasus dari Kabupaten Paniai,” kata Maxi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement