Senin 06 Mar 2023 21:02 WIB

Asal Kata Syaban dalam Pandangan Pakar Fikih

Pakar fikih ungkap asal kata Syaban.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Asal Kata Syaban dalam Pandangan Pakar Fikih. Foto: Ribuan umat Islam memadati halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin untuk melaksanakan malam peribadatan Nisfu Syaban menjelang datangnya bulan Ramadhan 1432 H yang dipimpin KH Ahmad Bakeri, Sabtu (16/7). Usai melaksanakan peribadatan malam Nisfu S
Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan
Asal Kata Syaban dalam Pandangan Pakar Fikih. Foto: Ribuan umat Islam memadati halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin untuk melaksanakan malam peribadatan Nisfu Syaban menjelang datangnya bulan Ramadhan 1432 H yang dipimpin KH Ahmad Bakeri, Sabtu (16/7). Usai melaksanakan peribadatan malam Nisfu S

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Syaban berasal dari kata al-sya’b. Al-sya'b yang mempunyai arti berkumpul atau terkumpul atau tempat berkumpul serta keadaan berkumpul. Hal tersebut diungkapkan peneliti Rumah Fiqih Ustaz Ahmad Zarkasih Lc.

"Salah satu makna kenapa sya’ban dinamakan sya’ban, menurut beberapa referensi ini terkait dengan kebiasaan orang-orang Jahiliyah yang memang suka berperang," kata Ustaz Ahmad Zarkasih Lc melalui tausiyah daringnya, belum lama ini.

Baca Juga

Ustaz Ahmad Zarkasih Lc mengatakan, bahwa ketika bulan rajab mereka berhenti karena itu adalah bulan yang dimuliakan dan diharamkan menumpahkan darah. Setelahnya masuk bulan sya’ban, mereka berkumpul lagi setelah sebulan yang lalu mereka beristirahat.

"Mereka berkumpul untuk membangun kekuatan dan berperang," katanya.

Akan tetapi makna seperti itu tidak memberikan motivasi dan penyemangat untuk ibadah seorang muslim. Karena itu sya’ban diartikan oleh banyak ulama sebagai makna sya’b (berkumpulnya) banyak kebaikan Allah untuk hamba-Nya di bulan itu.

"Juga diartikan sebagai jalan kebaikan yang diambil darikata a’-Syi’b yang berarti jalan di pegunungan, dan itu sebutan untuk jalan kebaikan," katanya.

Juga diartikan bahwa sya’ban itu maknanya al’Sya’b yang juga punya arti menambal, maksudnya Allah menambal hati-hati yang luka di bulan ini jika ia mendekat dengan ibadah kepada Allah SWT.

Tentu suatu tempat atau juga waktu menjadi mulia dan terhormat sebab ada sesuatu yang mulia dan agung terjadi di dalamnya. Sya’ban juga demikian, ia menempati posisi yang dimuliakan dan sangat diagungkan dalam syariat karena adanya kejadian agung yang Allah adakah di dalamnya.

Ustaz Ahmad Zarkasih Lc mengatakan, di antara kejadian agung yang terjadi di dalam bulan Sya’ban adalah dijawabya doa Nabi SAW oleh Allah SWT untuk memindahkan arah kiblat, dari Baitul maqdis kepada baitullah di Makkah.

Dan akhirnya doa itu diijabah oleh Allah di bulan Sya’ban dengan turunnya ayat 144 surat al-Baqarah. Ini terjadi setelah sebelumnya, Nabi SAW dengan permintaan serius setiap hari dengan mengadahkan bukan hanya tangannya ke langit tapi juga wajah beliau berharap ada wahyu turun sebagai jawaban.

Yang juga terjadi di bulan sya’ban adalah diangkatnya amal ibadah tahunan umat ini kepada Allah SWT, karena itu juga lah kemudian Nabi SAW melakukan ibadah puasa di bulan syaban lebih banyak dari puasa sunnah yang biasa dilakukan di bulan-bulan lain, itu beliau SAW. lakukan berharap ridha Allah SWT yang mengangkat amal dan beliau sedang dalam keadaan puasa.

"Dan karena itu pula, berpuasa di bulan Sya’ban menjadi ibadah puasa yang paling mulian diantara puasa-puasa sunnah lain setelah puasa Ramadhan. Dan itu sebutkan oleh Nabi SAWdalam riwayat yang dikeluarkan oleh Imam al-Tirmidzi.

Kemudian juga yang terjadi di bulan sya’ban adalah turunnya ayat 56 surat al-Ahzab yang berisi perintah kepada kita dari Allah SWT untuk bershalawat kepada Nabi setelah sebelumnya Allah SWT melakukan itu bersama para malaikat-Nya,yakni bershalawat kepada Nabi dan ini menujukkan bahwa shalawat kepada Nabi adalah ibadah yang sangat agung.

"Karena bukan hanya diperintahkan kepada kita tapi juga Allah melakukannya. Dan ibadah agung itu diturunkan di bulan sya’ban; karenannya sangat layak jika dikatakan bahwa sya’ban adalah bulan shalawat kepada Nabi SAW," katanya.

Dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif, Imam Ibn Rajab al-Hanbali meriwayat sesuatu dari sayyidina Anas bin Malik ra dengan sanad yang dilemahkan (dhaif), bahwa ketika masuk bulan Sya’ban orang-orang muslim itu bersegra untuk menuju mushaf; maksudnya mereka membaca al-Quran jauh lebih banyak dan lebih sering di bulan sya’ban dibanding bulan lain. Sekaligus mereka juga menghitung-hitung harta untuk mereka keluarkan zakatnya agar supaya orang miskin tercukupi nantinya ketika masuk bulan Ramadhan. Karena itu banyak ulama yang menyebut bahwa sya’ban adalah bulan qur’an dan bulan berbagi.

Yang juga dijelaskan oleh ulama, bahwa di dalam bulan sya’ban ini ada satu malam mulia yakni malah nisfu sya’ban, dimana malam itu dengan hadits yang shahih bahwa Allah SWT menurunkan bahwa rahmat serta mengampuni hamba-Nya yang berbuat baik dan beristihgfar di malam itu. Karena itu kemudian banyak tradisi yang muncul di banyak negara muslim ketika malam nisfu sya’ban, mereka berkumpul dan berdoa berharap ampunan dan rahmat Allah sesuai dengan kabar yang datang dari Nabi SAW. tentang mulianya malam nisfu sya’ban tersebut. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement