REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Jumlah migran yang berupaya memasuki Uni Eropa tanpa otorisasi mencapai sekitar 330 ribu pada 2022. Badan penjaga perbatasan Uni Eropa, Frontex, mengatakan, ini jumlah tertinggi sejak 2016.
Menurut Frontex, hampir separuh dari upaya kedatangan para migran pada 2022 dilakukan melalui jalur darat di wilayah Balkan Barat. Warga Suriah, Afghanistan, dan Tunisia bersama-sama menyumbang sekitar 47 persen dari percobaan penyeberangan perbatasan.
"Laki-laki menyumbang lebih dari 80 persen upaya untuk masuk," kata pernyataan Frontex, dilaporkan CBS, pada 13 Januari 2023.
Frontex menghitung upaya masuk daripada jumlah orang yang mencoba masuk ke Eropa. Karena sering kali sulit mengidentifikasi migran, yang secara rutin bepergian tanpa paspor, dan beberapa migran mungkin mencoba masuk berkali-kali.
Orang-orang yang tiba di perbatasan Eropa untuk mengajukan suaka memiliki peluang diizinkan masuk. Sementara, mereka yang datang tanpa visa untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik sebagian besar ditolak.
Lebih dari 1 juta orang, yang sebagian besar adalah warga Suriah, memasuki Uni Eropa pada 2015. Mereka membanjiri fasilitas penerimaan dan memicu salah satu krisis politik terbesar di blok 27 negara itu.
Negara-negara anggota masih memperdebatkan siapa yang harus bertanggung jawab atas orang-orang yang datang tanpa izin dan apakah negara tetangga dan mitra mereka wajib membantu. Upaya mereformasi sistem suaka blok itu hanya membuat sedikit kemajuan.
Jumlah orang yang melakukan perjalanan berbahaya melintasi Laut Mediterania dengan kapal kayu dan perahu karet meningkat pada 2022. Kapal yang mereka tumpangi seringnya tidak dilengkapi dengan perlengkapan yang memadai dan kelebihan muatan. Frontex mengatakan, lebih dari 100 ribu upaya penyeberangan melalui Laut Mediterania tercatat pada 2022. Jumlah ini naik sekitar 50 persen dibandingkan 2021.
Mayoritas migran yang menyeberang melalui Laut Mediterania adalah warga Mesir, Tunisia, dan Bangladesh. Frontex mengatakan, dalam lima tahun terakhir sebagian besar migran yang menyeberangi Laut Mediterania berangkat dari Libya. Ini titik keberangkatan utama di Afrika utara. Jumlah orang yang meninggalkan Tunisia mencapai tingkat tertinggi dalam sejarah baru-baru ini.