Senin 06 Mar 2023 17:06 WIB

Italia Beralih Adopsi Sikap Keras Terhadap Migran

Italia kini bersikap keras terhadap migrasi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Potongan kayu dan puing lainnya hanyut di pantai, tiga hari setelah perahu migran tenggelam di lepas pantai, di Steccato di Cutro, Provinsi Crotone, Italia selatan,  Rabu (1/3/2023). Korban tewas akibat kapal karam di lepas pantai Calabria di selatan Italia naik menjadi 67 pada 01 Maret 2023, sementara tiga pria ditahan karena dituduh melakukan perdagangan manusia, kata pejabat Italia. Sebuah perahu yang membawa para migran tenggelam di laut lepas di dekat pantai Calabria pada 26 Februari.
Foto: EPA-EFE/CARMELO IMBESI
Potongan kayu dan puing lainnya hanyut di pantai, tiga hari setelah perahu migran tenggelam di lepas pantai, di Steccato di Cutro, Provinsi Crotone, Italia selatan, Rabu (1/3/2023). Korban tewas akibat kapal karam di lepas pantai Calabria di selatan Italia naik menjadi 67 pada 01 Maret 2023, sementara tiga pria ditahan karena dituduh melakukan perdagangan manusia, kata pejabat Italia. Sebuah perahu yang membawa para migran tenggelam di laut lepas di dekat pantai Calabria pada 26 Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Matahari baru saja terbit pada Ahad (26/2/2023) pagi ketika jasad pertama ditemukan terdampar di pantai terdekat, setelah sebuah perahu kayu kecil yang membawa sekitar 200 orang dari Turki menabrak karang di laut dan menewaskan sedikitnya 70 orang.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemandangan serupa telah terjadi berulang kali di perbatasan selatan Eropa. Puluhan ribu orang melarikan diri dari perang, kemiskinan, dan penganiayaan. Mereka mempertaruhkan hidup untuk menyeberangi lautan dan mencari masa depan yang lebih baik.

Baca Juga

Bencana pekan lalu terjadi tepat satu dekade setelah salah satu kapal karam migran paling mematikan terjadi di Mediterania. Pada 2013, sebuah kapal yang penuh sesak membawa migran dari Libya, tenggelam di lepas pantai pulau kecil Lampedusa di Italia. Insiden ini menewaskan 368 orang.

Saat itu, tragedi tersebut mengungkap keputusasaan dan bahaya yang dihadapi mereka yang mencari perlindungan di Eropa. Tragedi tersebut memicu kemarahan yang meluas dan tuntutan perubahan kebijakan terkait migran di seluruh benua.