Selasa 07 Mar 2023 00:30 WIB

Pemerintah Cina Janjikan Buka 12 Juta Lowongan Pekerjaan

Pembukaan lowongan kerja ini untuk memenuhi target pertumbuhan lima persen pada 2023.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Lowongan pekerjaan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Lowongan pekerjaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Wakil Ketua Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional Cina (NDRC) Li Chunlin menyatakan pada Senin (6/3/2023), bahwa pemerintah akan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong belanja konsumen. Tindakan ini untuk dapat memenuhi target pertumbuhan sekitar lima persen pada tahun ini.

Li menyatakan, target penciptaan lapangan kerja tahun ini adalah 12 juta, naik dari target tahun lalu sebesar 11 juta dan di bawah 12,1 juta yang dicapai. Pejabat perencana kabinet tidak mengumumkan rincian pengeluaran atau inisiatif lain untuk menghidupkan kembali pertumbuhan yang merosot menjadi tiga persen tahun lalu. Kondisi itu merupakan terendah kedua dalam beberapa dekade.

Baca Juga

Tapi, pejabat itu mengatakan, merencanakan serangkaian tindakan untuk memenuhi tujuan yang diumumkan Perdana Menteri Li Keqiang pada Ahad (5/3/2023). Dia menegaskan perlunya meningkatkan pendapatan dan mendorong inovasi.

Upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi Cina memiliki implikasi global setelah penjualan ritel, otomotif, dan perumahan yang lemah menekan permintaan impor. Negara ini adalah pasar ekspor terbesar bagi tetangganya di Asia dan sumber pendapatan penting bagi perusahaan Barat.

“Ada banyak alat kebijakan di kotak alat kami,” kata Li pada konferensi pers yang diadakan selama pertemuan badan legislatif seremonial Cina.

Laporan kerja perdana menteri pada akhir pekan disampaikan  sangat singkat dan memberikan sedikit rincian. Pengumuman ini menunjukkan bahwa Partai Komunis yang berkuasa akan menunggu sampai perdana menteri baru dan menteri Kabinet ditunjuk bulan ini dalam serah terima sekali dalam satu dekade untuk mengumumkan perubahan pajak, peraturan, subsidi dan lainnya.

Sedangkan Ketua NDRC Zhao Chenxin mengatakan, prioritasnya adalah untuk melepaskan potensi konsumsi dan mempromosikan strategi pengembangan yang digerakkan oleh inovasi. Itu sejalan dengan rencana partai yang berkuasa untuk memelihara pertumbuhan mandiri berdasarkan belanja konsumen.

Beijing memutuskan tindakan tersebut alih-alih ekspor dan investasi. Keputusan saat ini mencoba menghasilkan kemakmuran dan pengaruh global dengan menjadikan Cina sebagai pencipta teknologi yang berharga.

Li memperingatkan bahwa lingkungan global menjadi lebih kompleks dan parah. Pernyataan ini merujuk pada permintaan ekspor yang lemah karena kenaikan suku bunga Barat untuk mendinginkan inflasi dan hubungan yang tegang dengan Washington dan mitra dagang lainnya atas sengketa teknologi, keamanan, dan teritorial.

Ketegangan itu akan menambah tekanan pada industri ekspor Cina yang mendukung jutaan pekerjaan. Kondisi ini tentu saja meningkatkan pentingnya aktivitas bisnis mandiri di dalam negeri.

"Kemampuan mengkonsumsi berasal dari pekerjaan dan pendapatan, sehingga pemerintah harus meningkatkan pendapatan penduduk perkotaan dan pedesaan,” kata Li.

Li tidak memberikan perincian, tetapi partai yang berkuasa sebelumnya telah menekan e-commerce dan perusahaan besar lainnya untuk berbagi lebih banyak kekayaan dengan publik. Mereka diminta menaikkan gaji dan memotong biaya untuk vendor kecil dan pengusaha lainnya.

“Kami melihatnya sebagai proposal yang relatif konservatif tetapi pragmatis untuk memberikan pemulihan ekonomi yang sehat dan organik,” kata ekonom Nomura dalam sebuah laporan.

Laporan Nomura menilai, Ekonomi Cina masih akan menghadapi berbagai tantangan selama tahun ini. Pengangguran yang lebih tinggi mungkin lebih sulit dicapai, sehingga penciptaan lapangan kerja kemungkinan besar akan menjadi fokus pekerjaan sekarang.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement