REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi mengucurkan dana sebesar 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 75 triliun untuk Bank Sentral Turki melalui Saudi Fund for Development. Perjanjian ini diteken oleh Menteri Pariwisata Saudi yang juga Ketua Saudi Fund for Development, Ahmed Al-Khateeb, dan Gubernur Bank Sentral Turki Sahap Kavcioglu pada Senin (6/3/2023) waktu setempat.
Penyetoran tersebut dilakukan atas instruksi Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Saudi Fund for Development dalam pernyataannya menyampaikan, pemberian dana ini bukti kerja sama yang erat dan ikatan sejarah antara kedua negara dan komitmen Arab Saudi untuk mendukung upaya Turki memperkuat ekonominya dan mempromosikan pertumbuhan sosial dan pembangunan berkelanjutan.
"Deposit tersebut akan membantu meningkatkan ekonomi Turki dan mencerminkan dukungan kuat Arab Saudi untuk rakyat Turki dan kepercayaannya terhadap masa depan ekonomi Turki," demikian pernyataan lembaga pendanaan Saudi itu, dilansir The National News, Senin (6/3/2023).
Dana itu diberikan setelah Turki diguncang gempa berkekuatan 7,8 pada 6 Februari, yang diikuti oleh lebih dari 7.500 gempa susulan dan dua gempa tambahan. Ini menimbulkan bencana terbesar di negara itu selama lebih dari 80 tahun. Sekitar 50 ribu orang meninggal dunia dan lebih dari 105 ribu bangunan rusak.
Biaya rekonstruksi dan pemulihan Turki diperkirakan melebihi 68 miliar dolar AS sebagai akibat dari bencana tersebut, menurut perkiraan Bank Dunia. Turki diperkirakan mengalami kerusakan fisik langsung sebesar 34,2 miliar dolar AS akibat bencana gempa 6 Februari.
Ini setara dengan sekitar 4 persen dari produk domestik bruto tahun 2021. Hal ini diketahui dalam laporan penilaian kerusakan yang dirilis Bank Dunia.
Perkiraan tersebut tidak mewakili perkiraan biaya efek tidak langsung atau sekunder terhadap perekonomian Turki dan bukan merupakan perkiraan dampak terhadap pertumbuhan ekonominya. Bank Dunia juga menyampaikan, kerugian PDB yang terkait dengan gangguan ekonomi juga akan menambah biaya dan gempa susulan lebih lanjut diperkirakan akan meningkatkan biaya kerusakan dari waktu ke waktu.
Kerugian ekonomi diperkirakan lebih dari 20 miliar dolar AS oleh Verisk, sementara JP Morgan menyebutkan biaya sekitar 25 miliar dolar AS. Sedangkan perkiraan Karen Clark and Company yaitu sekitar 20 miliar dolar AS.