REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) Bidang Ipmawati Laila Hanifah menyebut landasan pelaksanaan kegiatan Sekolah Adil Gender (SAG) adalah menyiapkan laki-laki dan perempuan muda yang memiliki keterampilan kepemimpinan dengan prinsip inklusivitas gender.
"Penting bagi anak muda untuk belajar prinsip inklusivitas, sharing power antara laki-laki dan perempuan dalam kepemimpinan dan isu publik itu penting," ujar Laila dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Senada dengan itu, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Danik Eka Rahmaningtyas menyampaikan pentingnya perempuan dalam memahami proses advokasi dan negosiasi bagi perempuan.
"Merepresentasikan perempuan di ruang publik dimulai dengan memahami bagaimana advokasi kebijakan perlindungan perempuan. Oleh sebab itu, penting juga perempuan dapat bernegosiasi," ucap Danik dengan tegas.
Selain itu, Ketua Umum PP Aisyiyah Salmah Orbayinah melalui ruang virtual juga menyampaikan pandangannya terkait pentingnya kesetaraan gender ini melalui jalur pendidikan.
"Intinya, kita harus membuka akses pembelajaran dengan baik. Pendidikan yang berkeadilan dapat terwujud dengan kesetaraan gender, serta pendidikan pun harus memberikan akses yang sama, baik kepada laki-laki, maupun perempuan," ucap Salmah.
Pendidikan yang inklusif akan membuka akses ilmu dan informasi kepada semua kalangan. Kolaborasi akan terbangun dengan baik, sehingga proses pembangunan, peningkatan SDM, dan pertumbuhan ekonomi, berjalan maksimal.
Selain Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA), turut hadir Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Selatan, Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah (PWA) Kalimantan Selatan, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU), Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) tingkat wilayah se-Kalimantan Selatan, dan kader IPM seluruh Indonesia.