Selasa 07 Mar 2023 12:00 WIB

Gibran: Stunting dan Pernikahan Dini Masih Jadi PR Kota Solo 

Gibran sebut stunting dan pernikahan dini masih menjadi masalah utama di Kota Solo.

Rep: c02/ Red: Bilal Ramadhan
Anggota Forum Kesehatan Kelurahan Mojosongo memberikan edukasi dan melayani warga yang membeli makanan pendamping ASI untuk balita di Baby Cafe Bintangku, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah. Gibran sebut stunting dan pernikahan dini masih menjadi masalah utama di Kota Solo.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Anggota Forum Kesehatan Kelurahan Mojosongo memberikan edukasi dan melayani warga yang membeli makanan pendamping ASI untuk balita di Baby Cafe Bintangku, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah. Gibran sebut stunting dan pernikahan dini masih menjadi masalah utama di Kota Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming mengatakan bahwa stunting serta pernikahan dini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi kota Bengawan. 

"Pernikahan dini, stunting, eis itu tok PR e," kata Gibran.

Baca Juga

Selain itu dengan target Pemkot Solo menjadi kota layak anak, Gibran menyebutkan bahwa angka stunting harus turun menjadi 0 persen. Kendati demikian, Gibran menyebutkan angka stunting di Solo masih banyak.

"Ya seng penting stunting bisa 0, pernikahan dini bisa dikurangi (untuk jadi kota layak anak). Tadi sudah komitmen, (jumlah stunting?) Masih banyak nanti kita tindak lanjuti," katanya.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Solo, Purwanti mengatakan, setidaknya masih ada 788 anak yang berstatus stunting pada 2022 harus diselesaikan untuk menjadi kota layak anak. Kendati demikian, kasus stunting pada anak sendiri sifatnya dinamis. 

"Dari sisi internal kita kuatkan fungsi keluarga dari sisi ekonomi, fungsi cinta kasih," katanya.

Purwanti mengatakan, ada kenaikan angka stunting di Kota Solo. Hal tersebut dikarenakan pandemi sehingga puskesmas belum bisa beroperasi dengan maksimal. 

"Iya (naik) karena tahun 2021 masih oandemi pengukurannya posyandu juga belum banyak yang buka untuk penimbangan masih door to door sehingga belum optimal kehadiran di posyandu belum maksimal juga. Jadi kelahiran pada masa pandemi juga salah satunya adalah stunting pada tahun 2022, kan kelahiran 2021 jadi potensi stunting," katanya.

Di sisi lain, terkait pernikahan dini Purwanti menyebutkan bahwa kasus tersebut tersebar di lima kecamatan yang ada. Kendati demikian, tidak semua kelurahan ada kasus tersebut. 

"Kita masih punya PR ya lima kecamatan semuanya ada kasus pernikahan usia anak. Meskipun ada kelurahan yang bebas juga. Tapi kan yang sudah ada ini menjadi PR kita. Jadi yang kita upayakan adalah untuk mencegah mengajukan pernikahan dibawah usia minimal," katanya. 

Dari data yang diberikan, setidaknya ada 102 pernikahan dini yang dilangsungkan pada 2022. Sedangkan selama tahun 2023 dari bulan Januari hingga Maret setidaknya ada 10 pernikahan dini. 

"(Banyak?) Ya banyak ini baru dua bulan. Ya rata-rata SMP tapi ada yang tidak lulus SMA. Dalam arti tidak lulus SMA usia 16-18 ada," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement