REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu al-Faraj ibn al-Jauzi yang dikenal sebagai Ibnu Qayyim Jauzi dalam buku Talbis Iblis menjelaskan tipu daya iblis terhadap jamaah haji.
Ibnu Qayyim Jauzi menjelaskan terkadang ada seseorang yang meninggalkan suatu kewajiban karena hendak melaksanakan haji. Padahal meninggalkan kewajiban adalah perbuatan salah.
Ada juga seseorang yang berangkat haji, tetapi dia masih mempunyai utang atau suatu kezaliman. Mungkin bisa jadi dia pergi haji hanya sekadar untuk jalan-jalan atau menunaikan haji dengan harta yang diragukan halal haramnya. Mungkin di antara mereka ada yang ingin mendapat sebutan haji.
Kebanyakan di antara mereka tidak mempedulikan kewajiban thaharah dan sholat selagi dalam perjalanan. Lalu mereka berkumpul di sekeliling Ka'bah dengan hati yang kotor dan batin yang tidak bersih.
Iblis memperlihatkan gambaran haji kepada mereka dan memperdayai mereka. Berapa banyak orang yang menunaikan haji ke Makkah, karena hendak menghitung jumlah hajinya. Mereka berkata, “Aku sudah pernah wukuf sebanyak dua puluh kali.”
Berapa banyak orang yang pergi ke Makkah, tetapi mereka justru mengabaikan sholatnya dan berlaku curang dalam timbangan ketika berjual beli, dengan anggapan haji yang dilaksanakannya bisa menghapus dosanya.
Di antara mereka ada yang mengada-adakan manasik baru di luar ketetapan syariat, seperti berpura-pura ketika ihram, tetap membuka salah satu pundaknya, tetap seperti itu hingga beberapa hari, dibakar terik matahari hingga kulitnya rusak, dan ada juga yang berhias.
Dikutip dari buku Talbis Iblis yang ditulis Ibnul Jauzi, diterbitkan Maktabah Al-Madani Kairo 1983, dan diterjemahkan serta diterbitkan ulang oleh Pustaka Al-Kautsar 2010.
Haji adalah berkunjung ke Baitullah (Kabah) untuk melakukan amalan-amalan. Di antaranya wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, thawaf di Kabah, sa’i, dan amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan ridha-Nya semata.