REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, minat masyarakat Jawa Tengah berinvestasi sesuai prinsip syariah cukup tinggi. Hal tersebut tecermin dari sejumlah indikator pertumbuhan pasar modal syariah di Jawa Tengah.
"Antusiasme masyarakat Jawa Tengah dalam berinvestasi sesusai syariah di pasar modal cukup besar," kata Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Regional 3 Jawa Tengah dan DIY Heru Prasetio di acara HERSHARE yang disiarkan secara virtual, Selasa (7/3/2023).
Hingga 2022, Heru menyampaikan, jumlah investor syariah di Jawa Tengah tercatat mencapai 12.449 investor. Angka tersebut tumbuh signifikan sebesar 60 persen dari 7.776 investor syariah per Januari 2020.
Dari sisi transaksi, nilai transaksi saham syariah di Jawa Tengah menyentuh angka lebih dari Rp 1,08 triliun. Menurut Heru, ini mejadikan Jawa Tengah sebagai provinsi dengan jumlah investor saham syariah terbesar dan teraktif di urutan keempat dari seluruh provinsi di Indonesia.
Di Jawa Tengah saat ini sudah terdapat 10 galeri investasi syariah untuk mendukung peningkatan literasi pasar modal syariah. Jumlah tersebut bertambah dari lima galeri di 2020 seiring dengan meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap pasar modal syariah.
Secara nasional, dalam lima tahun terakhir, jumlah saham syariah yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami kenaikan sebesar 40 persen dari 365 saham syariah di 2017 menjadi 510 saham syariah di 2022. Jumlahnya setara 62 persen dari total saham di pasar modal.
Sedangkan kapitalisasi pasar saham syariah mencapai 50 persen dari total kapitalisasi pasar. Berdasarkan nilai rata-rata transaksi harian perdagangan, saham syariah berkontribusi sebesar 49 persen dengan rekuensi transaksi sebesar 65 persen dan volume transaksi 47 persen.