Selasa 07 Mar 2023 18:44 WIB

Perdagangan Cina Merosot karena Permintaan Global Tersendat

Ekspor Cina tercatat 6,8 persen lebih rendah dan impor melemah 10,2 persen.

Dalam foto yang dirilis oleh Xinhua News Agency, sebuah kapal kontainer dari Jepang berlabuh di dermaga kontainer Pelabuhan Yangshan Shanghai di China timur pada 27 April 2022. Ekspor China untuk periode Januari-Februari 2023 mengalami peurunan.
Foto: Chen Jianli/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Xinhua News Agency, sebuah kapal kontainer dari Jepang berlabuh di dermaga kontainer Pelabuhan Yangshan Shanghai di China timur pada 27 April 2022. Ekspor China untuk periode Januari-Februari 2023 mengalami peurunan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ekspor China untuk periode Januari-Februari 2023 mengalami peurunan. Ini menunjukkan berlanjutnya pelemahan permintaan asing dan mendukung kekhawatiran pemerintah bahwa pelambatan global akan menghambat pemulihan negara dari kerusakan era pandemi.

Data pemerintah pada Selasa (7/3/2023) menunjukkan impor turut mengalami penurunan. Ini mencerminkan lemahnya permintaan luar negeri, karena negara tersebut membawa suku cadang dan bahan dari luar negeri untuk sebagian besar ekspornya.

Baca Juga

"Mengingat tingginya inflasi di AS dan Eropa, permintaan dari sana akan terus melemah, yang juga mengurangi permintaan pemrosesan di China," kata Iris Pang, kepala ekonom Greater China di ING.

Ekspor pada bulan Januari dan Februari 6,8 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya, setelah penurunan tahunan sebesar 9,9 persen yang terlihat pada bulan Desember. Hasilnya, bagaimanapun, lebih baik dari ekspektasi rata-rata dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 9,4 persen.

Impor 10,2 persen lebih lemah, hasil yang lebih buruk dari pada bulan Desember, ketika mereka 7,5 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya.

“Data tersebut muncul akibat memburuknya permintaan barang global, mengingat penurunan ekspor tidak hanya terjadi di China, tetapi juga di antara eksportir besar Asia lainnya, seperti Korea Selatan dan Vietnam,” kata Xu Tianchen, ekonom dan Economist Intelligence Unit, mengacu pada data terkini lainnya.

Penurunan 26,5 persen dalam impor semikonduktor China menunjukkan pasar yang menyusut untuk ekspor elektronik konsumen yang digunakan untuk membuat suku cadang tersebut.

China telah menetapkan target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun ini sekitar 5 persen, setelah pengendalian pandemi yang parah tahun lalu membuat ekonomi terpuruk ke salah satu tingkat paling lambat dalam beberapa dekade. PDB tahun lalu hanya naik 3 persen dari tahun 2021.

Menteri Perdagangan Wang Wentao pada hari Kamis memperingatkan bahwa tekanan pada impor dan ekspor China akan meningkat secara signifikan tahun ini, karena risiko resesi global dan melemahnya permintaan eksternal.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement