Rabu 08 Mar 2023 12:32 WIB

Video Pendek Makin Populer, Ini Buktinya

Sejak tahun 2020, cara orang berinformasi berubah ke video.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kehadiran platform video pendek seperti TikTok dan SnackVideo terus meningkat beberapa tahun terakhir./ilustrasi.
Foto: Dok istimewa
Kehadiran platform video pendek seperti TikTok dan SnackVideo terus meningkat beberapa tahun terakhir./ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kehadiran platform video pendek seperti TikTok dan SnackVideo terus meningkat beberapa tahun terakhir. Berdasarkan studi dari spesialis riset pasar global dan opini publik, Ipsos Indonesia, total pengguna aktif bulanan pasar video pendek mencapai 100 juta dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 55 persen.

Video pendek menduduki urutan ketiga (70 persen) sebagai platform media yang sering digunakan orang Indonesia. Studi yang berjudul Indonesia Short Video White Paper 2023 mengungkapkan orang Indonesia bisa menghabiskan 2,1 jam per hari untuk menonton video pendek.

Baca Juga

Pengamat budaya dan komunikasi digital Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan sejak tahun 2020, cara orang berinformasi berubah ke video. Perubahan tersebut menghasilkan masalah baru yang harus segera diatasi.

“Sebetulnya tujuan yang dicari sama, mencari informasi. Masalahnya adalah harus dipastikan yang ditonton memang berguna, bukan hanya sekadar hiburan atau lucu-lucuan. Karena waktu tetap terpakai dan kalau itu tidak berguna buang-buang waktu namanya,” kata Firman kepada Republika.co.id.

Ini menjadi tantangan bagi mereka, termasuk pegiat literasi untuk banyak memproduksi informasi-informasi berguna dalam bentuk video pendek. Sebab, video pendek saat ini banyak diminati karena praktis.

“Kalau kita lihat trennya, di TikTok, Reels Instagram atau bentuk video pendek lainnya, kalau 30 detik tidak menarik ditinggal sehingga harus mampu membuat orang terpaku selama 30 detik pertama,” ujar dia.

Meski begitu, Firman mengatakan konten video pendek memiliki kelemahan, yaitu pesan yang dibawakan tidak mendalam. Jadi, untuk menganalisis atau menelaah sesuatu kurang efektif karena bentuk informasinya yang dangkal. Bagi mereka yang hanya terpaku pada video pendek saja, ini bisa menjebak mereka dalam peristiwa-peristiwa permukaan.

“Ini berbahaya sebetulnya, misalnya informasi tentang perceraian Indra Bekti, itu disurakan secara pendek, orang tidak paham pokoknya. Ini yang mana benar dan jahat pada akhirnya. Itu jeleknya peristiwa-peristiwa pendek dan tidak mendalam,” ucap dia. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement