REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan bahwa riya artinya pamer kepada orang lain. Menurut Imam Al-Ghazali, orang suka pamer selain mendapat dua aib, juga mendapat dua musibah besar.
Imam Al-Ghazali menjelaskan, perbuatan riya atau pamer juga menyebabkan dua musibah besar bagi pelakunya. Musibah pertama adalah terlepasnya surga.
Dalam sebuah riwayat disebutkan Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Surga dapat berbicara dengan mengatakan aku (surga) diharamkan terhadap setiap orang yang pelit dan bersikap riya."
Hadits di atas mengandung dua makna, pelit dalam hadits itu adalah orang yang pelit dari mengucapkan sebaik-baiknya perkataan, yaitu Lailahaillallah Muhammadar Rasulullah. Sementara, yang dimaksud riya adalah orang yang bersikap riya dengan seburuk-buruk riya. Yaitu, orang munafik yang memperlihatkan iman dan tauhidnya, namun hatinya berdusta.
Sedangkan makna kedua, jika seseorang tidak berhenti dari bersikap pelit dan riya serta tidak mengendalikan nafsunya. Maka akan terjadi dua bahaya padanya, yaitu ia terkena dampak buruk dari sikapnya itu sehingga ia akan terjatuh dalam kekufuran dan juga akan terlepas dari surga secara langsung.
Dampak yang lainnya dari sikap riya adalah dicabutnya keimanan dari hati orang itu. Karena itu, ia berhak masuk ke dalam neraka.
Imam Al-Ghazali menjelaskan, musibah kedua orang yang riya adalah akan dimasukkan ke dalam neraka. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang yang pertama kali dipanggil pada hari kiamat kelak adalah para qori (pembaca Alquran), orang yang telah berperang dan mati syahid di jalan Allah, serta orang yang memiliki banyak harta (kaya raya)."