REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI — Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang dirilis baru-baru ini menyebutkan bahwa kasus wanita hamil yang mengalami malnutrisi telah meningkat 25 persen dalam dua tahun terakhir khususnya di 12 negara. Negara-negara tersebut dilaporkan mengalami kondisi ekonomi yang cukup terpukul akibat krisis pangan, yang disebabkan kenaikan harga dan kelangkaan pasokan pangan yang dipicu oleh pertempuran di Ukraina.
Survei yang dilakukan di 10 negara di Afrika dan dua di Timur Tengah yang paling parah terkena dampak krisis pangan digunakan dalam laporan UNICEF, yang dirilis Selasa (7/3/2023), sehari sebelum peringatan Hari Perempuan Internasional. Nutrisi yang buruk pada ibu hamil dan menyusui dapat menyebabkan lemahnya kekebalan tubuh dan komplikasi selama kehamilan dan kelahiran.
Beberapa negara di Afrika sub-Sahara dalam penelitian sebelumnya telah mencatat angka kematian bayi yang tinggi karena berbagai komplikasi. Secara global, 51 juta anak di bawah usia dua tahun alami kondisi stunting, terlalu pendek untuk usia mereka karena malnutrisi.
"Kondisi stunting, ini dimulai sejak kondisi ibu yang mengalami kekurangan gizi selama masa kehamilan atau dalam enam bulan pertama kehidupan mereka," kata laporan tersebut.
“Tanpa tindakan mendesak dari komunitas internasional, konsekuensinya dapat berlangsung selama beberapa generasi mendatang,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
"Anak perempuan dan perempuan yang alami stunting dan terkena dampak malnutrisi telah meningkat dari 5,5 juta pada tahun 2020 menjadi 6,9 juta pada tahun 2022 di Burkina Faso, Chad, Ethiopia, Kenya, Mali, Nigeria, Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, Yaman, dan Afghanistan," menurut laporan tersebut.
UNICEF merekomendasikan peningkatan bantuan nutrisi dan penyediaan pasokan makanan yang cukup sebagai benteng dari malnutrisi. Pasokan untuk makanan pokok yang banyak dikonsumsi seperti tepung, minyak goreng dan garam untuk mengurangi keadaan tubuh yang tidak mendapat pasokan ideal dari nutrisi (defisiensi mikronutrien).
Maka perlu memastikan bahwa ibu hamil dan menyusui memiliki akses ke layanan nutrisi dan suplemen juga telah direkomendasikan dalam laporan tersebut. Beberapa negara di sub-Sahara Afrika memiliki tingkat kehamilan remaja yang tinggi dan kelahiran yang rendah di klinik prenatal.
Faith Kanini, 28, yang tinggal di ibu kota Kenya, Nairobi, mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia tidak mampu melobi klinik pranatal meskipun direkomendasikan.
“Saya membayar tunai untuk beberapa klinik yang pernah saya hadiri. Itu mahal bagi saya dan saya tidak dapat membayar premi bulanan asuransi NHIF (kesehatan negara) karena saya menganggur dan saya bergantung pada teman dan keluarga, ”kata calon ibu pertama kali dalam sebuah wawancara telepon.
Wanita di rumah tangga miskin dua kali lebih mungkin mengalami kekurangan berat badan/mal nutrisi jika dibandingkan wanita dari rumah tangga yanh berada, menurut laporan UNICEF.
“Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika tetap menjadi episentrum negara dengan krisis gizi di antara remaja putri dan wanita. Rumah bagi dua dari tiga remaja putri dan wanita yang menderita kekurangan berat badan secara global, dan tiga dari lima remaja putri dan wanita dengan anemia,” tambah laporan tersebut.