Selasa 07 Mar 2023 21:47 WIB

Universitas Afghanistan Dibuka kembali, Tetapi Wanita Masih Dilarang Masuk Kuliah

Taliban Afghanistan masih melarang wanita mengikuti perkuliahan

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
 Para siswi Afghanistan berfoto di ruang kelas di Kabul, Afghanistan, Kamis, 22 Desember 2022. Penguasa Taliban di negara itu awal pekan ini memerintahkan perempuan secara nasional untuk berhenti kuliah di universitas swasta dan negeri efektif segera dan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Mereka telah melarang anak perempuan dari sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, melarang perempuan dari sebagian besar bidang pekerjaan dan memerintahkan mereka untuk mengenakan pakaian dari kepala hingga ujung kaki di depan umum. Wanita juga dilarang ke taman dan pusat kebugaran.
Foto: AP/Ebrahim Noroozi
Para siswi Afghanistan berfoto di ruang kelas di Kabul, Afghanistan, Kamis, 22 Desember 2022. Penguasa Taliban di negara itu awal pekan ini memerintahkan perempuan secara nasional untuk berhenti kuliah di universitas swasta dan negeri efektif segera dan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Mereka telah melarang anak perempuan dari sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, melarang perempuan dari sebagian besar bidang pekerjaan dan memerintahkan mereka untuk mengenakan pakaian dari kepala hingga ujung kaki di depan umum. Wanita juga dilarang ke taman dan pusat kebugaran.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Universitas Afghanistan dibuka kembali pada Senin (6/3/2023) setelah liburan musim dingin, tetapi hanya pria yang kembali ke kelas. Otoritas Taliban masih menerapkan larangan terhadap wanita untuk mengakses pendidikan tinggi. 

Larangan universitas adalah salah satu dari beberapa pembatasan yang diberlakukan pada wanita, sejak Taliban merebut kembali ke tampuk kekuasaan pada Agustus 2021 dan telah memicu kemarahan global, termasuk di dunia Muslim. 

Baca Juga

"Sangat memilukan melihat anak laki-laki pergi ke universitas sementara kita harus tinggal di rumah," kata Rahela (22) dari Provinsi Ghor.

"Ini adalah diskriminasi gender terhadap anak perempuan karena Islam memungkinkan kita untuk mengejar pendidikan tinggi. Tidak ada yang harus menghentikan kita untuk belajar,” tambah Rahela dilansir dari Ahram Online, Selasa (7/3/2023).