Rabu 08 Mar 2023 00:08 WIB

Elektrifikasi Otomotif Indonesia Miliki Tantangan Besar Untuk Terdepan di ASEAN

Indonesia harus memanfaatkan potensi besar era elektrifikasi dari hulu hingga hilir.

Red: Firkah fansuri
Toyota memperluas jangkauan EV Smart Mobility Project dengan mengadakan kegiatan popularisasi ekosistem kendaraan listrik di kawasan wisata Danau Toba, Sumatra Utara. Foto ilustrasi.
Foto: toyota
Toyota memperluas jangkauan EV Smart Mobility Project dengan mengadakan kegiatan popularisasi ekosistem kendaraan listrik di kawasan wisata Danau Toba, Sumatra Utara. Foto ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Industri otomotif Indonesia tengah mengalami transformasi menuju era industri yang mengusung semangat dekarbonisasi dan elektrifikasi.  Transformasi tersebut sejatinya tak hanya melalui kehadiran kendaraan elektifikasi sebagai produk kendaraan ramah lingkungan yang dihasilkan.

Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan industri otomotif nasional juga diharapkan mampu mengimplementasikan semangat dekarbonasi pada proses produksi.  “Selain itu berperan serta dalam pengembangan ekosistem elektrifikasi sebagai infrastruktur untuk mengakselerasi populasi elektrifikasi di Indonesia,” katanya dalam keterangannya, Selasa (7/3/2023).

Baca Juga

Menurutnya Indonesia memiliki tantangan besar untuk menjadi yang terdepan dalam elektrifikasi otomotif di kawasan ASEAN, bersaing dengan negara industri otomotif besar lainnya seperti Thailand dan Vietnam. “Karenanya, Indonesia harus memanfaatkan potensi-potensi besar otomotif di era elektrifikasi dari hulu sampai hilir secara seksama dalam sebuah strategi kebijakan dan pengembangan industri otomotif terintegrasi yang memungkinkan percepatan semua teknologi elektrifikasi,” katanya.

Di hulu, kata Bob, Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam, baik untuk pengembangan baterai maupun untuk bauran energi. Indonesia juga memiliki kapasitas industri otomotif yang besar. Di hilir, pasar otomotif Indonesia lebih besar di banding negara-negara lain di ASEAN.   “Kepentingan seluruh shareholder dan stakeholder, mulai dari tingkat pemerintah, akademisi, industri, hingga pasar harus dilibatkan,” ucapnya.