Rabu 08 Mar 2023 07:46 WIB

Cerita Keluarga Soal Penanganan Korban Pelemparan Batu di Tasikmalaya

Korban pelemparan batu dirujuk dari RS di Tasikmalaya ke Purwokerto. 

Rep: Bayu Adji P/ Red: Irfan Fitrat
Sejumlah warga berkumpul di Kampung Kosangka, Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Selasa (7/3/2023). Warga itu merupakan tetangga korban pelemparan batu di Kota Tasikmalaya.
Foto: Dok. Republika.
Sejumlah warga berkumpul di Kampung Kosangka, Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Selasa (7/3/2023). Warga itu merupakan tetangga korban pelemparan batu di Kota Tasikmalaya.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemuda berinisial DYP (20 tahun) meninggal dunia, dikabarkan setelah menjadi korban pelemparan batu di Jalan Letjen Ibrahim Adjie, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Korban sempat dibawa ke rumah sakit (RS) di Tasikmalaya, kemudian dirujuk ke Purwokerto, Jawa Tengah.

Warga sekitar menerima informasi bahwa pemuda itu menjadi korban pelemparan batu pada Ahad (5/3/2023), sekitar pukul 01.00 WIB. Ketika itu, korban dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Permata Bunda di Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. “Dia langsung dibawa ke RS Permata Bunda masuk ke UGD dan kondisinya kritis,” kata perwakilan keluarga, Andi (51 tahun), Selasa (7/3/2023).

Andi mengatakan, pihak RS Permata Bunda tidak bisa melakukan penanganan karena korban sudah dalam keadaan kritis dan peralatan di sana tidak memadai. Alhasil, korban dirujuk ke RSUD Margono di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. 

Rujukan disebut dilakukan ke Purwokerto setelah RS Permata Bunda berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit rujukan yang tersedia. “Korban dibawa ke Purwokerto pukul 07.00 WIB dan sampai sekitar pukul 10.00 WIB. Sampai sana langsung masuk ruang ICU,” kata Andi.

Menurut Andi, pihak keluarga sudah menyetujui tindakan operasi terhadap korban. Namun, kondisi korban terus menurun, sehingga operasi tak bisa dilakukan. Korban dinyatakan meninggal dunia pada Senin (6/3/2023), sekitar pukul 01.30 WIB.

“Dokter tak bisa melakukan operasi karena kondisi pasien tidak stabil,” ujar Andi.

Andi mengatakan, ketika itu korban mengalami luka di kepala bagian belakang. Selama proses penanganan, korban tak sadarkan diri.

Korban tinggal di Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Menurut Ketua RW 1 Kampung Kosangka, Kelurahan Sirnagalih, Ade Lukman Hakim, pihak keluarga korban menyerahkan sepenuhnya kasus itu kepada aparat kepolisian. Pihak keluarga disebut hanya ingin memastikan penyebab kematian korban.

“Kalau keluarga sudah menerima karena ini sudah takdir. Namun, keluarga ingin kasus ini jelas,” kata Ade.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement