Rabu 08 Mar 2023 10:02 WIB

Google Doodle Didominasi Warna Ungu, Mengapa Warna Ini Identik dengan Hari Perempuan?

Google Doodle mengangkat tema dukungan kepada perempuan di seluruh dunia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Google Doodle hari ini didominasi warna ungu untuk memperingati Hari Perempuan Internasional.
Foto: Google
Google Doodle hari ini didominasi warna ungu untuk memperingati Hari Perempuan Internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk memperingati Hari Perempuan Internasional yang dirayakan setiap 8 Maret, Google Doodle mengangkat tema dukungan kepada perempuan di seluruh dunia. Sketsa yang menghiasi kata “Google” diisi oleh aktivitas perempuan dalam berbagai bidang, termasuk politikus, dokter, ibu rumah tangga, ilmuwan, dan lainnya.

Warna sketsa tersebut didominasi warna ungu, namun ada juga warna hijau dan putih yang merupakan warna-warna yang melambangkan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD). Merujuk laman IWD, ungu menandakan keadilan dan martabat, serta kesetiaan pada perjuangan.

Baca Juga

Hijau melambangkan harapan. Putih melambangkan kesucian, meskipun merupakan konsep yang kontroversial. Warna-warna tersebut berasal dari Serikat Sosial dan Politik Perempuan (WSPU) di Inggris pada 1908.

Sejarah Hari Perempuan Internasional berasal dari gerakan buruh di Amerika Utara dan Eropa pada awal abad ke-20. Versi paling awal konon merupakan Hari Perempuan yang diselenggarakan oleh Partai Sosialis Amerika di New York City pada 28 Februari 1909.

Hal ini kemudian mengilhami delegasi Jerman pada Konferensi Perempuan Sosialis Internasional 1910 untuk mengusulkan “Spesial Women’s Day” yang diselenggarakan setiap tahun, meskipun tanpa tanggal pasti. Pada tahun berikutnya, terjadi demonstrasi dan peringatan Hari Perempuan Internasional pertama di seluruh Eropa.

Setelah perempuan mendapatkan hak pilih di Soviet Rusia pada 1917 (awal Revolusi Februari), Hari Perempuan Internasional dijadikan hari libur nasional pada 8 Maret, kemudian dirayakan pada tanggal tersebut oleh gerakan sosialis dan negara-negara komunis. Hari libur ini dikaitkan dengan gerakan dan pemerintah sayap kiri hingga diadopsi oleh gerakan feminis global pada akhir 1960-an.

Hari Perempuan Internasional menjadi hari libur global setelah diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1977. Dilansir laman International Women's Day, Rabu (8/3/2023), Hari Perempuan Internasional menjadi titik fokus gerakan hak-hak perempuan, yang memberikan perhatian pada isu-isu seperti kesetaraan gender, hak-hak reproduksi, serta kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan.

PBB memperingati hari libur ini sehubungan dengan isu, kampanye, atau tema tertentu dalam hak-hak perempuan. Di beberapa bagian dunia, Hari Perempuan Internasional masih mencerminkan asal-usul politiknya yang ditandai dengan protes dan seruan untuk perubahan radikal; di daerah lain, terutama di Barat, sebagian besar bersifat sosial budaya dan berpusat pada perayaan keperempuanan.

Untuk Hari Perempuan Internasional 2023, tema kampanye global yang diusung adalah #EmbraceEquity. Menurut laman IWD, kampanye ini bertujuan untuk mendorong percakapan penting tentang mengapa kesempatan yang sama tidak cukup dan mengapa kesetaraan tidak selalu adil.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement