REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pernyataan dari Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir yang akan menghancurkan rumah warga Palestina saat Ramadhan ditentang Al-Azhar. Mereka menyebut hal ini dapat memicu konfrontasi antara kedua belah pihak selama bulan suci.
Pusat Studi Al-Azhar untuk Memerangi Ekstremisme (AOCE) mengeluarkan sebuah pernyataan yang berisi peringatan, Selasa (7/3/2023). Mereka menyebut, meski hingga saat ini penghancuran bangunan tanpa izin milik warga Palestina di Yerusalem yang diduduki selama bulan Ramadhan telah ditangguhkan karena takut akan meluasnya situasi dan kemungkinan sepertiga Intifada Palestina, pernyataan yang dibuat oleh Menteri Keamanan Israel dapat memicu konfrontasi.
Pusat studi tersebut juga menekankan bahwa pernyataan ekstrimis Zionis Ben-Gvir, yang menyerukan untuk terus menghancurkan rumah-rumah warga Palestina, berisi konteks yang sama dengan apa yang dihadapi Yerusalem dalam hal rencana sistematis Zionis, untuk memaksakan sebuah realitas baru di wilayah tersebut dan tempat-tempat sucinya yang mengabaikan kesucian bulan suci.
Pernyataan tersebut mengutip sebuah laporan di surat kabar Israel Yedioth Ahronoth. Hal ini berisi indikasi pasukan pendudukan berencana untuk mengusir enam keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Silwan dan Sheikh Jarrah, selama bulan Maret dengan dalih bahwa tanah tersebut milik asosiasi pemukiman dan keluarga pemukim.
“Ini adalah jumlah penggusuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu bulan,” kata pernyataan itu dikutip di Ahram, Rabu (8/3/2023).
Dalam beberapa bulan terakhir, serangan Israel yang mematikan berulang kali terjadi di Tepi Barat. Di sisi lain penghancuran rumah Palestina yang terus berlanjut di Tepi Barat dan Yerusalem timur, yang menyebabkan konfrontasi besar antara pihak Palestina dan Israel.
Pernyataan dari AOCE itu juga mengutip rekaman audio yang bocor, yang mana Ben-Gvir terdengar menolak penutupan Masjid Al-Aqsa untuk pemukim Israel selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. Ia mengklaim bahwa penutupan tersebut berarti menyerah pada terorisme.
Pemerintah sayap kanan PM Benjamin Netanyahu telah memicu kemarahan yang meluas di wilayah pendudukan dan sekitarnya, setelah mengumumkan untuk membangun ribuan unit permukiman baru di Tepi Barat.
Namun, di bawah tekanan dari para pemimpin Arab dan dunia, pada akhir Februari Netanyahu setuju untuk menunda pembangunan unit pemukiman baru di Tepi Barat selama enam bulan.
Pada bulan Januari, Ben-Gvir memimpin sekelompok pemukim Israel menyerbu Al-Aqsa di bawah perlindungan polisi Israel. Pekan lalu, ia mendapat kecaman lokal dan internasional yang meluas, setelah menyerukan pemusnahan desa Palestina Huwara dekat Nablus di Tepi Barat paska pembunuhan dua pemukim oleh seorang pria Palestina di pemukiman Israel terdekat.