Rabu 08 Mar 2023 19:29 WIB

PM Australia akan Bertemu Joe Biden Bahas Kapal Selam Nuklir

Kapal selam nuklir ini untuk memperkuat AUKUS di IndoPasifik.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Kapal selam/ilustrasi. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pada Rabu (8/3/2023), dia akan mengunjungi Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden. Kedua pemimpin negara tersebut akan membahas proyek besar untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir.
Foto: military-today.com
Kapal selam/ilustrasi. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pada Rabu (8/3/2023), dia akan mengunjungi Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden. Kedua pemimpin negara tersebut akan membahas proyek besar untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pada Rabu (8/3/2023), dia akan mengunjungi Amerika Serikat untuk bertemu Presiden Joe Biden setelah melakukan perjalanan ke India minggu ini.

PM Albanese akan mengikuti pertemuan singkat, puncak trilateral pekan depan dengan Biden dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak terkait pembahasan ke depan kekuatan Kaukus Australia-Inggris dan AS (AUKUS). Dengan membahas sebuah proyek besar untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir dan senjata berteknologi tinggi lainnya kepada Australia untuk perkuat kawasan Indo-Pasifik.

Baca Juga

"Saya menantikan keterlibatan berkelanjutan yang saya miliki dengan Pemerintah AS," kata Albanese kepada wartawan sebelum berangkat ke India, tanpa memberikan tanggal perjalanannya ke AS.

Media Australia, Sydney Morning Herald melaporkan pada hari Selasa, rencananya Albanese bertemu Biden dan Sunak di San Diego pada Senin depan. Pertemuan ketiganya untuk mengungkapkan rincian baru dari pakta AUKUS 2021, yang disusun sebagai bagian dari upaya melawan kekuatan Cina di kawasan Indo-Pasifik.

Duta Besar Australia untuk Amerika Serikat Arthur Sinodinos mengatakan pekan lalu, rincian kesepakatan kapal selam nuklir tersebut akan diumumkan pada pertengahan Maret. Akan tetapi ketiga pemerintah AUKUS menolak berkomentar mengenai waktu dan tempat yang lebih spesifik.

San Diego adalah rumah bagi Armada Pasifik Angkatan Laut AS, dan dari sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan kepada Reuters, pertemuan puncak trilateral akan menghadirkan kunjungan ke salah satu kapal selam yang direncanakan.

Sementara Amerika Serikat dan Inggris telah setuju menyediakan kapal selam canggih untuk Australia, dengan teknologi bertenaga nuklir. Ketiga sekutu utama Barat tersebut belum mengatakan secara pasti bagaimana kemampuan itu akan ditransfer ke Australia, yang saat ini masih belum memiliki industri propulsi nuklir.

Pakta AUKUS akan menjadi proyek pertahanan terbesar Australia dan menawarkan prospek kekuatan militer di Indo-Pasifik dari ketiga negara tersebut. Namun masih belum jelas apakah itu akan diperkuat kapal selam buatan AS atau Inggris, atau kombinasi keduanya, dan juga kapan kapal selam tersebut akan mulai beroperasi.

Spekulasi industri pertahanan Australia berpusat pada Canberra yang memilih desain Inggris, sementara Sinodinos mengatakan akan ada solusi trilateral yang asli.

Meskipun saat ini sudah masa konsultasi 18 bulan sejak AUKUS pertama kali diumumkan, masih ada pertanyaan tentang pembatasan ketat AS untuk berbagi kemampuan teknologi yang diperlukan untuk proyek tersebut.

Ini menjadi perhatian khusus dengan apa yang disebut dua pilar yang saling berhubungan dengan program teknologi canggih, seperti soal kecerdasan buatan dan senjata hipersonik.

Pejabat Inggris dan Australia mengatakan pekan lalu, pekerjaan dalam mewujudkan Pakta itu masih diperlukan untuk mendobrak hambatan birokrasi untuk berbagi teknologi di dua pilar teknologi tersebut. Pejabat tinggi Pentagon untuk Asia, Ely Ratner, merujuk pada "sistem kuno" yang masih dipakai dalam pengelolaan birokrasi untuk teknologi AS. Ratner mengatakan ini perlu direvisi dan kami sedang dalam proses melakukannya.

Sementara itu, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington secara aktif bekerja untuk memeriksa kembali dan merampingkan proses tersebut. Tujuannya, mengoptimalkan perdagangan sistem pertahanan kami dalam konteks AUKUS.  "Kami tidak perlu mengantisipasi adanya tantangan dalam menerapkan AUKUS walau ada peraturan kontrol terkait ekspor AS."

Namun, terlepas dari kemauan politik untuk reformasi dalam pemerintahan Biden, para ahli mempertanyakan betapa mudahnya bagi AUKUS untuk menghindari kerumitan birokrat Departemen Luar Negeri AS, yang juga bertanggungjawab melindungi capaian teknologi pertahanan AS.

Ashley Townshend, pakar Pertahanan Australia di Carnegie Endowment for International Peace think tank, mengatakan perjanjian berbagi informasi baru akan diperlukan untuk tahap implementasi program kapal selam nuklir tersebut.

"Saya yakin ini akan terjadi. Tapi dikecualikan perjanjian itu mencakup setiap teknologi dan layanan pertahanan yang akan melibatkan program kapal selam, selama masa pakainya. Itu akan tetap diatur oleh birokrasi dan peraturan,” paparnya.

Beberapa ahli percaya kesepakatan AUKUS ini dapat mencakup rencana menempatkan kapal selam nuklir AS dan Inggris di kawasan laut Australia. Hal ini bisa digunakan untuk melatih awak Australia dan mengisi kesenjangan kemampuan kru, sampai kapal selam Australia yang baru benar benar beroperasi, yang diperkirakan sekitar 2040.

Albanese tiba India pada Rabu malam dan akan teruskan kunjungan hingga Sabtu, ini merupakan kunjungan pertama perdana menteri Australia ke India sejak 2017.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement