Rabu 08 Mar 2023 19:46 WIB

Di Jepang, Wapres Beberkan Kunci Indonesia Rawat Toleransi dan Persatuan

Wapres sebut pemerintah RI perkuat manajemen moderasi untuk rawat kemajemukan

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wakil Presiden Maruf Amin melakukan pertemuan dengan Gubernur Kyoto, Takatoshi Nishiwaki, di Kyoto Guest House, Rabu (08/03/2023).Wakil Presiden Maruf Amin menyampaikan, karakter masyarakat Indonesia yang selalu mengedepankan tenggang rasa menjadi kunci kuatnya toleransi dan persatuan Indonesia di tengah keberagaman agama maupun suku.
Foto: Dok BPMI/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin melakukan pertemuan dengan Gubernur Kyoto, Takatoshi Nishiwaki, di Kyoto Guest House, Rabu (08/03/2023).Wakil Presiden Maruf Amin menyampaikan, karakter masyarakat Indonesia yang selalu mengedepankan tenggang rasa menjadi kunci kuatnya toleransi dan persatuan Indonesia di tengah keberagaman agama maupun suku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan, karakter masyarakat Indonesia yang selalu mengedepankan tenggang rasa menjadi kunci kuatnya toleransi dan persatuan Indonesia di tengah keberagaman agama maupun suku. 

Ini disampaikan Kiai Ma'ruf saat memberikan Kuliah Umum di hadapan sejumlah Sivitas Akademika Universitas Kyoto di Symposium Hall, Kyoto University, Jepang, Rabu (8/3/2023). Ma'ruf menjelaskan, Indonesia memiliki 17 ribu pulau dengan 269 juta penduduk, 714 suku, dan 1100 bahasa lokal (daerah). 

Sedangkan agama yang mendapatkan pengakuan resmi berjumlah enam agama, yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. "Karakter masyarakat Indonesia yang selalu mengedepankan tenggang rasa menjadi kunci dari kuatnya sikap toleransi dan persatuan ini," ujar Ma'ruf dikutip dari siaran persnya, Rabu (08/03/2023).

Dia mengatakan, dalam menyikapi pluralitas ini, para pendiri bangsa (founding fathers) Indonesia telah merumuskan sebuah motto “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu” untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh sebab itu, kata Ma'ruf, secara umum perbedaan pendapat di kalangan masyarakat Indonesia tidak sampai menimbulkan pertikaian dan konflik yang keras.