REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Setidaknya tiga warga Palestina tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel pada Kamis (9/3/2023). Insiden pertumpahan darah terbaru ini hampir setiap hari terjadi di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Serangan militer Israel yang terbaru merupakan operasi penyerangan dalam beberapa bulan terakhir dalam upaya penangkapan warga Palestina yang dituduh sebagai militan oleh Pasukan Israel di wilayah Tepi Barat utara. Insiden yang terjadi pada tahun lalu adalah yang paling berdarah dalam beberapa dekade terakhir.
Tentara dan polisi Israel mengatakan pasukannya menggerebek sebuah desa, bernama Jaba untuk menangkap tersangka yang dicari karena serangan terhadap tentara Israel di sekitarnya. Para tersangka itu dituduh menembaki pasukan Israel, yang kemudian dibalas pasukan Israel dan menewaskan tiga orang.
"Semuanya anggota kelompok militan Jihad Islam,\" klaim polisi Israel dilansir dari Associated Press, Kamis (9/3/2023).
Polisi Israel merilis foto senapan serbu, pistol, amunisi, dan barang-barang lain yang dalam keterangan Pasukan Israel, semua itu disita dari para tersangka. Sementara Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi warga Palestina yang tewas tersebut.
Ketiganya diketahui sebagai, Sufyan Fakhoury, 26 tahun, Nayef Malaisha, 25 tahun dan Ahmed Fashafsha, 22 tahun. Pihak Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan mereka ditembak oleh tembakan Israel selama operasi militer.
Dikatakan juga selain tiga orang warga Palestina yang tewas, terdapat orang keempat yang kini dirawat di rumah sakit dengan luka tembak di kepala, dan dalam kondisi stabil. Klaim kelompok militan Jaba mengatakan melepaskan tembakan dan melemparkan alat peledak ke pasukan Israel setelah pembunuhan komandannya, Fakhoury, seorang pejuang Palestina yang ditahan oleh Israel.
Pihaknya juga mengklaim menembak jatuh pesawat tak berawak Israel selama bentrokan dengan tentara zionis tersebut. Sementara itu, militer Israel mengkonfirmasi sebuah pesawat tak berawak ditembak jatuh dan mengatakan insiden itu sedang diselidiki.
Selama beberapa bulan terakhir, desa Jaba telah menjadi rumah bagi kelompok militan muda Palestina yang kecewa atas pendudukan Israel. Mereka memilih menolak dengan mengangkat senjata melawan pendudukan terbuka Israel, hingga kini di tahun ke 56 pendudukan Israel di wilayah itu.
Kelompok ini adalah bagian dari tren yang lebih besar dari kelompok bersenjata yang muncul di Tepi Barat, dimana mereka menentang Otoritas Palestina yang tidak bisa berbuat banyak, dan semakin tidak populer. Mereka mengklaim tidak memiliki hubungan dengan partai politik tertentu di Palestina.
Dua bulan terakhir telah ditandai dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat. Awal pekan ini, setidaknya enam warga Palestina tewas dalam serangan Israel di kamp pengungsi Jenin. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa Walid Nasser yang berusia 14 tahun meninggal pada hari Kamis akibat luka yang dideritanya dalam serangan hari Selasa lalu.
Setidaknya 74 warga Palestina, sekitar setengah dari mereka adalah pejuang militan, dan telah tewas dalam serangan Israel yang hampir setiap hari di Tepi Barat sejak awal tahun pendudukan. Selama waktu yang sama 14 orang Israel, semuanya kecuali satu warga sipil, tewas dalam serangan dari pejuang Palestina.
Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Jalur Gaza dan Yerusalem timur, dalam perang Timur Tengah 1967. Sementara Tepi Barat adalah wilayah yang dimiliki warga Palestina untuk negara masa depan mereka.
Dalam beberapa dekade sejak pencaplokan wilayah itu, lebih dari 500 ribu pemukim Yahudi telah pindah ke lusinan pemukiman di Tepi Barat. Sementara aksi pendudukan tersebut, terus mendapat kecaman oleh masyarakat internasional, dan dianggap upaya ilegal yang merupakan penghalang terwujudnya perdamaian dua negara.