REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap generasi memiliki kebutuhan berbeda akan teknologi. Perusahaan konsultansi merek dan analisis data Kantar mengulas kebutuhan ponsel pintar pada generasi milenial (kelahiran 1980-1996) dan generasi zilenial (kelahiran 1997-2009).
Account Director Kantar Indonesia, Ummu Hani, menyampaikan bahwa paparan berbagai macam hal, baik di ranah ekonomi, politik, dan isu sosial mencetuskan perbedaan antara suatu generasi dengan generasi lainnya. Namun, milenial dan gen-Z punya benang merah, yaitu ketertarikan terhadap hal-hal menyenangkan.
"Beberapa karakteristik generasi milenial dan gen-Z mirip, misalnya bahwa teknologi sangat memengaruhi pemikiran mereka. Bedanya, gen-Z dipengaruhi teknologi sejak usia yang sangat dini, sementara generasi milenial melihat langsung saat teknologi berkembang," ujar Hani pada pertemuan media secara daring Samsung Galaxy A14 belum lama ini.
Kedua generasi itu, yang disingkat jadi generasi "MZ", sama-sama punya kecenderungan digitally driven. Mereka menggunakan berbagai platform digital untuk belajar hal baru, mengekspresikan diri, menunjang aktivitas harian, hingga mengemukakan opini terhadap berbagai hal yang sedang trending.
Hani menyoroti, kesamaan lain yaitu senang melancong dan menyukai aktivitas luar ruang. Generasi MZ punya kecenderungan jadi kreator konten, tidak sekadar jadi penikmat atau pengamat. Kedua generasi ini juga butuh untuk selalu terkoneksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
Karakteristik berikutnya yang sama dan jadi sorotan Hani adalah kedua generasi kerap mencari "pelarian" spontan, termasuk dengan cara mengeksplorasi bidang baru. Hani mengatakan, itu juga membuat akses generasi MZ terhadap gim sangat besar.
Begitu pula ranah eksperimental lain, seperti menjajal tutorial make up atau mendadak melakukan staycation di kala jenuh. Menurut Hani, semua karakteristik yang dijumpai pada generasi MZ itu berimplikasi pada ponsel pintar yang mereka butuhkan untuk sehari-hari.
Dari berbagai karakter yang sudah diulas, Hani mengatakan generasi MZ menganggap ponsel pintar sebagai "teman" dalam kehidupan sehari-hari. Mereka butuh ponsel untuk terkoneksi, menemukan hal baru, mengakses hal-hal menyenangkan, membuat konten, serta tentunya membagikan itu pada dunia.
"Untuk berbagai aktivitas eksplorasi ini, generasi MZ butuh smartphone dengan baterai yang kuat dan tahan lama, performa yang baik, dan membantu mereka membuat hal-hal kreatif di media sosial. Itu juga bisa menciptakan peluang bisnis dan menemukan "siapa dirinya"," ucap Hani.
Akan tetapi, Hani menggarisbawahi pula bahwa sebagian generasi MZ ada di usia yang belum terlalu mapan secara finansial atau masih baru merintis karier. Itu sebabnya, generasi MZ mencari ponsel yang memiliki fitur memadai namun dengan harga yang terjangkau.