Jumat 10 Mar 2023 13:06 WIB

Enam Penyebab Orang Kesulitan Menghilangkan Lemak Visceral

Lemak visceral dapat memicu masalah kesehatan serius seperti diabetes.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Mengukur lingkar perut (ilustrasi). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan lemak visceral menumpuk.
Foto: Pxfuel
Mengukur lingkar perut (ilustrasi). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan lemak visceral menumpuk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lemak visceral diperlukan untuk melindungi dan menyekat organ vital. Karena ini merupakan lemak spesifik yang tersimpan jauh di dalam perut.

Meski perannya penting, kelebihan lemak visceral terkait dengan sejumlah masalah kesehatan serius seperti diabetes dan penyakit jantung. Selain itu, bahkan beberapa jenis kanker dikaitkan dengan kelebihan lemak visceral.

Baca Juga

Dilansir dari Express, Jumat (10/3/2023), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan lemak visceral menumpuk. Dua di antaranya adalah pola makan dan kurang olahraga. Lebih lanjut, seorang dokter menjelaskan enam faktor lain yang dapat menghambat penurunan berat badan Anda, dikutip dari laman Express.co.uk.

Tidak tidur nyenyak

Pimpinan teknologi klinis di LloydsPharmacy Online Doctor di Inggris Raya dr Sameer Sanghvi mengatakan kurang tidur memiliki banyak konsekuensi. Salah satunya adalah kenaikan berat badan.

Ketika tidak bisa tidur,  tubuh melepaskan kortisol. Ini merupakan "hormon stres" yang dapat memicu tubuh untuk menyimpan cadangan lemak "untuk berjaga-jaga". Tidak hanya itu, ketika stres atau kurang tidur, tubuh membutuhkan energi dari makanan sebagai penggantinya sehingga seseorang bisa mencamil dan makan lebih banyak.

"Plus, jika Anda bangun dan berada di dapur, ada kemungkinan besar Anda sedang mencamil," ujar dr Sanghvi.

Merasa stres, cemas, atau depresi

Dr Sanghvi menuturkan para ilmuwan telah menemukan antara karbohidrat dan serotonin, hormon yang membantu mengatur suasana hati manusia. Secara tidak sadar, saat mengonsumsi makanan kaya karbohidrat, kita sedang berusaha untuk meningkatkan suasana hati.

Tetapi, tentu saja, makan banyak karbohidrat bisa menyebabkan kenaikan berat badan. Lebih jauh lagi, ketika merasa stres, tubuh melepaskan kortisol. Kortisol merupakan perangsang nafsu makan yang signifikan. Oleh karena itu, kita mungkin merasa semakin lapar selama periode stres.

Selain dampak fisik, ada sejumlah gejala mental yang terkait dengan stres. Seperti, kecemasan, lekas marah, dan depresi yang semuanya dapat menyebabkan perubahan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan lebih banyak junk food, minum lebih banyak alkohol, melewatkan makan, dan begadang.

“Pada akhirnya, semua ini adalah kebiasaan yang dapat menghambat penurunan berat badan,” ujar dr Sanghvi.

Melewatkan makan atau diet “yo-yo”

Diet ketat yang membuat berat badan turun dengan cepat, tapi segera naik kembali juga dikenal sebagai diet yo-yo. Diet semacam ini kurang efektif, bahkan mereka yang menjalaninya ini dalam jangka panjang cenderung berakhir dengan penambahan berat badan.

"Melewatkan makan atau makan seminimal mungkin menempatkan tubuh kita dalam 'mode pertahanan diri', yang mengakibatkan metabolisme melambat. Ketika Anda akhirnya kembali makan secara normal, butuh waktu lebih lama untuk membakar makanan," ujar dr Sanghvi.

Melewatkan makan atau makan seminimal mungkin  juga membuat seseorang kehilangan nutrisi penting. Akibatnya, Anda merasa kekurangan energi.

"Hal ini dapat memicu keinginan untuk makan makanan tinggi lemak dan tinggi gula. Ini sulit dikendalikan, bahkan jika diet ketat bekerja untuk sementara, itu sangat tidak sehat," kata dr Sanghvi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement