REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) yang dikerjakan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) membawa perubahan besar bagi Planetarium dan Observatorium Jakarta. Meski bangunan di TIM kini mentereng dan mengah, namun gedung Planetarium dan Observatorium Jakarta masih belum bisa dibuka untuk umum.
"Iya Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) masih terus berjuang. Alat ada yang rusak, tapi juga revitalisasi oleh Jakpro membuat Observatorium tidak berfungsi dan ruang pameran dibiarkan kosong," kata anggota Akademi Jakarta, Karlina Supelli kepada Republika.co.id di Jakarta pada Jumat (10/3/2023).
Dia menjelaskan, pascarevitalisasi TIM, berdampak fasilitas Planetarium dan Observatorium Jakarta menjadi rusak. PT Jakpro melakukan penggantian karpet dan kursi dalam Teater Bintang, yang sayangnya kursi baru justru tidak cocok bagi fungsi Planetarium.
"Rencana perbaikan proyektor Teater Bintang dikeluarkan dari kontrak PT Jakpro dengan alasan Carl Zeiss Jena tidak memenuhi good corporate governance," ucap Karlina.
Dia menyebutkan, perbaikan area gedung penyangga Planetarium justru menghancurkan fungsi Observatorium untuk teleskop Takahashi berdiameter 13 sentimeter (cm). Padahal, Observatorium tersebut paling aktif melayani peneropongan dan pendidikan bagi publik. Pun dengan keberadaan teleskop masih bekerja dengan baik, tapi memang butuh peremajaan.
"Sebelum revitalisasi masyarakat mudah mengakses Observatorium yang memiliki pelataran cukup luas ini. Revitalisasi menghancurkan bangunan fisik Observatorium dan pelatarannya dijadikan kolam ikan. Kubah Observatorium (kini) tidak jelas ada di mana," kata Karlina.
Dia menyinggung fasilitas di Observatorium untuk teleskop ASKO berdiameter 31 cm, yang memerlukan peremajaan dan kolimasi, termasuk bagian penyangga (mounting). Belum lagi, bagian kubah sudah lapuk dan bocor, tetapi malahan tidak tersentuh perbaikan.
"Sesudah revitalisasi akses menuju Observatorium ini lenyap. Tangga dicopot dan pintu luar tertutup tembok. Di dekat kubah dipasang blower dan chiller AC yang membuat kubah tidak dapat berputar serta terkena embusan udara panas dan getaran yang akan mengganggu pengamatan. Selain itu, di keliling kubah terpasang lampu tembak untuk dekorasi malam," ujar Karlina.
Observatorium untuk teleskop Coude berdiameter 15 cm, juga memerlukan peremajaan, termasuk penyangga dan penggeraknya (mounting). Karena kubah masih bocor maka platform menara Observatorium tiga lantai yang ikut lapuk, berbahaya jika digunakan.
"Ini juga tidak tersentuh perbaikan. Teleskop Matahari dengan desain heliostat dan terlindung atap geser (sliding roof). Teleskop membutuhkan peremajaan," ucap Karlina.
Dia pun berharap agar Pemprov DKI dan PT Jakpro merestorasi Planetarium dan Observatorium Jakarta agar dapat melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan informal ilmu pengetahuan yang bermartabat. Dia tidak ingin revitalisasi TIM malah menciutkan fungsinya melulu sebagai objek wisata visual.
"Gubernur DKI Jakarta harus bisa memastikan bahwa revitalisasi dan restorasi Planetarium dan Observatorium Jakarta menjadi agenda kerja Penjabat Gubernur DKI Jakarta yang bersifat segera dan mendesak," kata Karlina.
Sebelumnya, Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Iman Satria mengatakan, saat ini di Planetarium dan Observatorium Jakarta yang berlokasi di kompleks TIM, Cikini, Jakarta Pusat belum dibuka untuk umum. Hal itu karena banyak alat yang rusak. Sehingga, ia ingin agar dicarikan solusi dan siapa yang bertanggung jawab atas kejadian itu.
"Sampai hari ini Planetarium dan Observatorium Jakarta belum dibuka karena alatnya rusak yang di ruangan pertunjukkan teater bintang," kata Iman saat dihubungi Republika.co.id pada Jumat (10/3/2023).