REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seseorang yang memiliki empati tinggi sering dianggap sebagai manusia baik. Benarkah demikian?
Menurut kamus Merriam-Webster, empati didefinisikan sebagai tindakan memahami, menyadari, serta peka. "Seorang dengan empati dapat digambarkan sebagai individu yang sangat sadar dan terpengaruh oleh keadaan emosional orang lain," kata seorang psikolog klinis dan penulis, Ramani Durvula, seperti dilansir laman USA Today, Jumat (10/3/2023).
Durvasula mengatakan, empati tinggi mungkin membuat mereka merasa seolah-olah menyerap energi orang lain. Orang dengan empati tinggi "mengambil alih" keadaan emosional orang lain ketika mereka sendiri tidak mengalami skenario atau kontennya. Di sisi lain, Durvasula mengatakan, seorang yang berempati tinggi akan merasakan kegembiraan luar biasa ketika orang lain mengalami pengalaman yang menyenangkan.
Durvasula mengatakan, empati bukan istilah klinis. Beberapa sifat yang terkait dengan empati tinggi meliputi agreeableness yaitu kesadaran yang tinggi terhadap emosi orang lain, kesadaran tinggi akan emosi mereka sendiri, dan bagaimana pengaruhnya terhadap orang lain.
Empati juga mungkin lebih rentan terhadap kelelahan akibat emosi yang meningkat. "Mereka merasakan begitu banyak rasa sakit orang lain sehingga mereka akan sangat terpengaruh," kata Durvasula. Hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan fisik atau emosional.