REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat (AS) telah menerima laporan bahwa Iran dan Arab Saudi telah memulihkan hubungan diplomatik. Juru bicara itu mengatakan, pemulihan hubungan diplomatik ini dapat mengurangi ketegangan di kawasan Timur Tengah.
“Secara umum, kami menyambut setiap upaya untuk membantu mengakhiri perang di Yaman dan mengurangi ketegangan di kawasan Timur Tengah. De-eskalasi dan diplomasi bersama dengan pencegahan adalah pilar utama kebijakan yang digariskan Presiden Biden selama kunjungannya ke kawasan itu tahun lalu,” kata juru bicara itu kepada Reuters.
Iran dan Arab Saudi telah sepakat untuk menjalin kembali hubungan dan membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan.Kesepakatan itu muncul setelah kedua pihak menggelar pembicaraan di Ibu Kota Cina, Beijing.
“Sebagai hasil dari pembicaraan tersebut, Iran dan Arab Saudi setuju untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan,” ujar laporan kantor berita Iran IRNA pada Jumat (10/3/2023).
Nour News, yang terkait dengan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, mengunggah foto dan video dalam pertemuan di Cina. Dalam foto dan video itu terdapat Sekretaris Dewan Keamanan Nasional, Ali Shamkhani, seorang pejabat Saudi dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi.
"Setelah pelaksanaan keputusan, menteri luar negeri kedua negara akan bertemu untuk mempersiapkan pertukaran duta besar," kata televisi pemerintah Iran.
Saudi Press Agency mengkonfirmasi perjanjian tersebut ketika menerbitkan pernyataan bersama dari Arab Saudi dan Iran. Saudi Press Agency mengatakan, kedua negara telah sepakat untuk menghormati kedaulatan negara dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing. Pernyataan itu juga mengatakan bahwa Riyadh dan Teheran telah sepakat untuk mengaktifkan perjanjian kerja sama keamanan yang ditandatangani pada 2001.
Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada 2016 setelah pengunjuk rasa menyerbu pos-pos diplomatik Saudi di Teheran. Sebelumnya Arab Saudi telah mengeksekusi seorang cendekiawan Muslim Syiah terkemuka sehingga memicu demonstrasi.
Iran dan Arab Saudi berada di pihak yang bersaing dalam sejumlah masalah regional, di berbagai negara seperti Lebanon, Suriah, dan Yaman. Oleh karena itu, hubungan yang lebih baik antara Teheran dan Riyadh dapat berdampak pada politik di Timur Tengah.
Aljazirah melaporkan, situasi keamanan di kawasan, seperti di Yaman dan Lebanon memburuk ketika Saudi dan Iran berselisih. Pemulihan hubungan ini dapat mengarah pada terciptanya situasi keamanan yang lebih baik di wilayah tersebut.
CEO lembaga think tank CARPO, Adnan Tabatabai, mengatakan, Cina memiliki kepentingan yang sangat besar untuk keamanan di sekitar kawasan Teluk Persia. “Ada kepentingan yang melekat bagi Cina untuk mencoba dan menggunakan pengaruh yang mereka miliki terhadap Teheran dan Riyadh untuk melakukan beberapa upaya dalam menyeimbangkan hubungan ini, dan menyelesaikan apa yang sebenarnya telah dimulai oleh Irak dan Oman," ujarnya.