Sabtu 11 Mar 2023 11:20 WIB

Jokowi Minta Badan Pangan Segera Tentukan Harga Gabah

Harga gabah cenderung anjlok ketika musim panen

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang petani di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang sedang mengumpulkan gabah hasil panen (ilustrasi). Harga gabah cenderung anjlok ketika musim panen
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Seorang petani di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang sedang mengumpulkan gabah hasil panen (ilustrasi). Harga gabah cenderung anjlok ketika musim panen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Badan Pangan segera menentukan harga gabah petani. Dia tak ingin harga gabah semakin jatuh saat panen raya kali ini.

Hal ini disampaikan Jokowi saat panen raya padi di Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (11/3/2023). "Tapi yang paling penting memang harga gabah harus segera ditentukan. Jangan sampai harganya jatuh, karena ini panen raya di mana-mana," ujar Jokowi dalam keterangan pers yang diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Baca Juga

Jokowi menyebut, harga gabah kering panen (GKP) yang wajar nantinya akan diumumkan oleh Badan Pangan. Dengan demikian, pembelian gabah oleh Bulog menjadi lebih jelas.

"Ini yang nanti segera diumumkan oleh Badan Pangan, sehingga pembelian Bulog menjadi jelas, GKP-nya berapa," kata Jokowi.

Dia pun menekankan agar harga gabah tak jatuh di bawah biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh petani. Karena itu, Jokowi ingin semua pihak agar menjaga sehingga harga gabah dan beras tetap dalam posisi ideal.

"Yang paling penting jangan sampai jatuh dibawah biaya cost yang telah dikeluarkan oleh para petani. Itu aja yang paling penting, karena ini panen raya, kalau gak dijaga, harganya pasti akan jatuh baik gabahnya maupun berasnya," jelas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Menurut Jokowi, kesulitan yang dihadapi pemerintah saat ini yakni menyeimbangkan harga yang wajar di tingkat petani. Sehingga petani juga bisa mendapat keuntungan.

Selain itu, harga beras juga harus dijaga wajar di tingkat pedagang maupun konsumen. "Mencari keseimbangan yang seperti itu yang tidak gampang," tambah dia.

Terkait panen raya, Jokowi mengatakan ada perbedaan produktivitas panen raya di beberapa daerah. Di Ngawi, produktivitas panen raya bisa mencapai 8 ton sampai 10,5 ton per hektare. Sementara panen raya di Kebumen mencapai 5,5 ton sampai 6 ton per hektare.

Menurut dia, perbedaan produktivitas ini dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah di tiap daerah, manajemen pengairan, dll.

"Saya kira di setiap daerah memiliki kesuburan yang berbeda-beda, memiliki manajemen yang berbeda-beda mengenai pengairan dan lain-lain. Sehingga menurut saya ini baik untuk petani," jelas Jokowi.

Sementara terkait keluhan ketersediaan pupuk juga dinilainya berbeda-beda di tiap daerah. Sebelumnya, Jokowi sering kali mendengar keluhan para petani di berbagai daerah terkait ketersediaan dan harga pupuk yang mahal. Sedangkan di Ngawi, dia justru tidak mendengar adanya keluhan soal pupuk.

"Pupuk tadi kalau di Kebumen kemarin dikeluhkan, di sini kok ndak ya. Ya setiap daerah beda-beda. Saya kira beda-beda," ungkapnya.

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa suplai pupuk untuk memenuhi kebutuhan nasional saat ini memang masih kurang. 

Lebih lanjut, setelah panen raya, Jokowi pun mengajak para petani di seluruh daerah agar langsung melanjutkan kegiatan menanam padi karena air hujan hingga saat ini masih ada.

"Dan saya mengajak kepada seluruh petani di Tanah Air karena ini airnya masih ada, masih ada hujan. Setelah dipanen jangan diberi jeda, langsung diolah lagi tanah, tanam lagi karena ini airnya masih ada," kata Jokowi. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement