REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Duta Besar Turki untuk PBB, Sedat Onal mengatakan pada Jumat (10/3/2023) bahwa Islamofobia telah menjadi ancaman utama bagi demokrasi, penodaan Alquan dan masjid meningkat.
Onal berpidato di acara khusus memperingati Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia, yang diselenggarakan oleh Pakistan dan Majelis Umum PBB. Onal mengatakan, Islamofobia adalah ancaman yang nyata dan meningkat.
Menurut Onal, umat Islam semakin menghadapi praktik sistemik penolakan kebebasan beragama, kejahatan rasial dan berbagai manifestasi Islamofobia. “Ini berjalan seiring dengan meningkatnya gelombang populisme dan polarisasi yang cenderung mendominasi wacana politik di beberapa negara," kata dia dilansir dari laman Anadolu Agency pada Sabtu (11/3/2023).
“Islamofobia kini telah menjadi ancaman besar bagi demokrasi karena hal itu menyuburkan kecenderungan rasis dan xenofobia. Akibatnya, penodaan Alquran dan masjid, serta pelanggaran kebebasan beragama semakin meningkat," lanjutnya.
Dia juga memperhatikan serangan keji baru-baru ini yang dilakukan oleh penghasut anti-Islam di Eropa terhadap Alquran. Menurut Onal, tindakan tersebut adalah pertunjukan terang-terangan kebencian, intoleransi, xenofobia, dan diskriminasi.
“Membiarkan tindakan menjijikkan ini tidak pernah bisa dibenarkan dengan dalih kebebasan berekspresi,” kata duta besar Turki tersebut.
Dia mendesak Majelis Umum PBB untuk berdiri bersama melawan wacana dan tindakan Islamofobia, kemudian menyerukan ketidakadilan apa pun, dan membela demokrasi serta hak asasi manusia.
Onal mengungkapkan, di antara langkah-langkah lain yang perlu diambil secara kolektif adalah mempromosikan nilai-nilai sipil Islam, memerangi radikalisme dan mengutuk intoleransi, penghasutan dan pelecehan berdasarkan asal etnis atau keyakinan agama.
“Kita bisa membuat perbedaan jika kita bisa mencapai persatuan dan solidaritas baik dalam perkataan maupun perbuatan,” kata Onal.