Ahad 12 Mar 2023 05:00 WIB

Kisah Anjing yang Diabadikan dalam Alquran

Anjing dalam Alquran disebut dengan al-kalb.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Anjing yang Diabadikan dalam Alquran. Foto:  Infografis 99 Asmaul Husna Arab, Latin, dan Terjemahan. Ilustrasi Alquran
Foto: Republika.co.id
Kisah Anjing yang Diabadikan dalam Alquran. Foto: Infografis 99 Asmaul Husna Arab, Latin, dan Terjemahan. Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anjing dalam Alquran disebut dengan al-kalb, hewan ini dikenal memiliki kesetiaan. Dalam Alquran di surat Al-Kahfi kesetiaannya juga disampaikan. Terdapat seekor anjing yang setia menemani para pemuda Ashabul Kahfi yang tinggal di dalam gua.

Dikutip dari buku Kisah-kisah Hewan dalam Alquran karya Abu Afifah Ar-Raji, Pada zaman dahulu ada seorang raja Romawi yang sangat kejam dan penyembah berhala bernama Diqyanus (Decius). Setiap tahunnya ia mengadakan hari raya pemujaan berhala-berhala, dan memaksa rakyatnya agar menyembah berhala.

Baca Juga

Siapa saja yang ketahuan menolak, maka akan disiksa atau dibunuh. Banyak rakyat yang takut dan meninggalkan agama tauhid. Namun ada sekelompok pemuda yang tetap memegang teguh ajaran tauhid, hanya menyembah satu Tuhan, yaitu Allah Azza wa Jalla.

Pada hari raya penyembahan berhala tahun ini, mereka enggan bergabung dengan orang-orang yang berbuat syirik itu. Mereka berkumpul untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Kegiatan mereka akhirnya diketahui penduduk. Mereka melaporkan kepada mata-mata kerajaan.

Para pengawal itu pun mendatangi rumah para pemuda, dan menangkap mereka saat sedang berkumpul. Hati para pemuda itu cemas dan khawatir akan hukuman yang menimpa mereka. Namun Allah meneguhkan hati mereka,sehingga hilanglah rasa takut itu.

Sesampainya para pemuda itu di hadapan Raja, mereka ditanya oleh Raja, “Benarkah kalian tidak mau menyembah berhala tuhan nenek moyang kita?” “Benar, Paduka Raja,” jawab salah seorang pemuda. “Lalu siapa tuhan kalian?” tanya raja. Pemuda itu menjawab, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi".

Kemudian Raja menyuruh mereka untuk menyembah tuhan nenek moyang, dan mengancam akan membunuh mereka jika tidak dilakukan. Raja pun memberi mereka tenggat waktu hingga besok. Selanjutnya para pemuda tersebut berunding dan memutuskan untuk melarikan diri.

Semuanya sepakat, rencana itu benar-benar dilaksanakan. Mereka keluar pada malam hari bertujuh. Ada seekor anjing membuntuti mereka. Anjing itu dihalau, tetapi tidak mau pergi. Akhirnya mereka berangkat dengan ditemani seekor anjing.

Mereka berjalan menuju arah gunung sebagaimana yang diilhamkan oleh Allah Azza wa Jalla. Sesampainya di gunung, mereka mencari-cari tempat untuk istirahat dan berlindung. Mereka pun menemukan gua (al-kahfu). Gua itu menghadap ke utara, jika matahari terbit atau terbenam, sinarnya tidak langsung masuk ke dalam gua.

Karena keletihan setelah perjalanan jauh, mereka tertidur pulas. Sementara itu, anjing tadi berada di luar. la mendapat ilham dari Allah Azza wa Jalla agar berjaga di depan pintu. Anjing tersebut begitu setia menjaga majikannya dengan menjulurkan kedua kaki depannya.

Anjing itu juga selalu mengamati gerak-gerik di sekitarnya. Jika ada sesuatu yang mengganggu tuan-tuannya, maka ia siaga memberitahu dengan gonggongannya.

Demikianlah, sejak pagi hingga sore hari para pemuda itu belum bangun tidur bahkan hingga malam hari. Esok harinya juga tidak bangun, begitu pula anjing itu juga tidak beranjak dari tempatnya. Para pemuda itu tidur dengan membolak-balikkan punggungnya. Keadaan seperti ini berlangsung bertahun-tahun. Siapa saja yang melihatnya pasti akan ketakutan, dan melarikan diri dari tempat itu.

Setelah 300 tahun, Allah Azza wa Jalla berkehendak membangunkan mereka dari tidur panjangnya. Mereka terbangun dan menyangka baru tidur setengah hari atau sehari. Mereka merasa lapar, lalu mengutus salah satu teman mereka ke kota untuk mencari makanan, “Carilah makanan yang baik, dan jangan sampai ada seorang pun yang tahu keberadaan kita!”

Sesampai di kota, pemuda yang diutus itu sangat kaget dan heran. Keadaan telah berganti, rumah-rumah dan bangunan telah berubah total. la pun menepis keheranannya, lalu menuju seorang penjual makanan.

Selesai memesan makanan, ia memberikan uang pembayaran. Si penjual makanan kaget dan heran melihat gambar uang itu, hingga terjadi keributan. Kemudian keributan tersebut memancing banyak orang mendekat.

Mereka melihat keanehan pada pemuda itu, lalu mereka membawanya ke hadapan Raja. Raja ini raja yang shalih.

Raja menyampaikan bahwa zaman telah berganti, dan raja yang kafir telah meninggal tiga ratus tahun yang lalu.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement