REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan menggelontorkan dana kepada Prancis sebesar 480 juta pound atau 577 juta dolar AS selama tiga tahun untuk mencoba menghentikan migran dengan perahu kecil yang melintasi Selat. Inggris juga akan membantu mendanai peningkatan patroli, penggunaan drone, dan pusat penahanan.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, kedua belah pihak telah sepakat untuk bekerja sama lebih erat dalam mengatasi persoalan migran. Sunak telah menjadikan masalah migran sebagai salah satu dari lima prioritasnya. Pada 2022, jumlah migran yang tiba di pantai selatan Inggris melonjak menjadi lebih dari 45.000 atau naik 500 persen dalam dua tahun terakhir.
"Sudah waktunya untuk awal yang baru," kata Macron.
Sebagai bagian dari kesepakatan baru, Inggris akan membantu mendanai pusat penahanan di Prancis. Sementara Paris akan mengerahkan lebih banyak personel dan meningkatkan teknologi untuk berpatroli di pantainya. Petugas dari kedua negara juga akan bekerja sama dengan negara-negara di sepanjang rute yang disukai oleh para pedagang manusia. Prancis juga memberikan kontribusi pendanaan yang jauh lebih besar.
"Emmanuel dan saya memiliki keyakinan yang sama. Geng kriminal tidak boleh memutuskan siapa yang datang ke negara kita. Dalam beberapa minggu setelah saya menjabat, kita menyetujui kesepakatan dan hari ini kita telah meningkatkan kerja sama ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengatasi tantangan bersama ini," ujar Sunak.
Hubungan antara kedua negara sering goyah sejak Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa pada 2016. Tetapi hubungan kedua negara diperkuat oleh dukungan bersama untuk Ukraina sejak invasi Rusia. Akhir bulan ini, Raja Charles III dijadwalkan melakukan perjalanan ke Prancis dalam kunjungan kenegaraan pertamanya sebagai raja.