Sabtu 11 Mar 2023 16:23 WIB

Gunung Merapi Meletus, Kepala Badan Geologi Ungkapkan Penyebabnya

Jika kedua kubah lava longsor secara masif, maka berpotensi menimbulkan awan panas.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Awan panas material vulkanik mengalir di lereng Gunung Merapi saat terjadi erupsi di Sleman, Indonesia Jumat, 25 Juni 2021.
Foto: AP/Slamet Riyadi
Awan panas material vulkanik mengalir di lereng Gunung Merapi saat terjadi erupsi di Sleman, Indonesia Jumat, 25 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Rentetan awan panas guguran (APG) di Gunung Merapi pada Sabtu (11/3/2023) bersumber dari longsoran kubah lava barat daya. Hal ini diungkapkan Kepala Badan Geologi, Sugeng Mujiyanto dalam pernyataan resminya.

Menurut Sugeng, saat ini Gunung Merapi memiliki dua kubah lava, yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. Berdasarkan analisis foto udara pada 13 Januari 2023, volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.598.700 meter kubik. "Dan kubah tengah sebesar 2.267.400 meter kubik," kata Sugeng.

Jika kedua kubah lava tersebut longsor secara masif, maka berpotensi menimbulkan awan panas. Awan panas ini dapat menyebar sejauh maksimal tujuh kilometer (km) ke arah barat daya. Kemudian juga menyebar lima km ke arah selatan-tenggara.

Adapun aktivitas Gunung Merapi pada Sabtu (11/3/2023) hingga pukul 15.00 WIB, tercatat ada 21 kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal kurang lebih 4 km ke arah barat daya yaitu di alur Kali Bebeng dan Krasak. Pada saat kejadian, angin di sekitar Gunung Merapi bertiup ke arah barat laut-utara. APG ini menyebabkan hujan abu ke beberapa tempat terutama di sisi barat laut-utara Gunung Merapi dan mencapai Kota Magelang.

Menurut Sugeng, aktivitas erupsi saat ini terhitung masih tinggi. Pada pekan ini, kata dia, guguran lava teramati sebanyak 19 kali ke arah barat daya (hulu Kali Boyong, Kali Bebeng dan Kali Sat/Putih) dengan jarak luncur maksimal 1.200 meter (m). Suara guguran terdengar dari Pos Kaliurang dan Pos Babadan sebanyak enam kali dengan intensitas kecil hingga sedang. 

Di samping itu, aktivitas vulkanik internal juga masih tinggi ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi. Seismisitas internal seperti gempa vulkanik dalam (VTA) terjadi sebanyak 77 kejadian per hari dan gempa vulkanik dangkal (VTB) satu kejadian per hari. "Lalu gempa Multifase (MP) enam kejadian per hari, dan gempa guguran sebanyak 44 kejadian per hari sedangkan laju deformasi EDM RB1 sebesar 0.5 centimeter per hari," ucapnya.

Untuk diketahui, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada pada tingkat siaga atau level III. Sementara itu, potensi bahaya saat ini masih tetap berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya. Hal ini meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh km. 

Pada sektor tenggara, kata dia, ini meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga km dan Sungai Gendol lima km. Adapun lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga km dari puncak.

Dengan adanya situasi ini, pihaknya pun meminta Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya–upaya mitigasi. Hal ini terutama dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini.

Selain itu, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Lalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. "Serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement