REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG SELOR -- Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Pemprov Kaltara) berhasil menurunkan prevalensi stunting 5,4 persen dari 27,5 persen pada 2021 menjadi 22,1 persen pada 2022 melalui program makanan tambahan untuk bayi dan ibu hamil.
"Alhamdulillah stunting berhasil kami turunkan atas program peningkatan pola konsumsi masyarakat, khususnya pemberian makanan tambahan terhadap bayi dan ibu hamil," kata Kepala Dinas Kesehatan Kaltara Usman di Tanjung Selor, Ahad (12/3/2023).
Sebagai informasi, prevalensi adalah jumlah keseluruhan penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah.
Adapun stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak yakni pertumbuhan tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Dinas Kesehatan Kalimantan Utara melaksanakan program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk mengatasi kekurangan energi kronis (KEK) pada balita dan ibu hamil.
Konsentrasi penanganan stunting akan dilakukan di desa/kelurahan di empat kabupaten, yakni Malinau, Nunukan, Bulungan, dan Tana Tidung.
Desa/kelurahan fokus penanganan stunting antara lain mencakup seluruh kelurahan di Tanjung Selor, Long Bulu, Tujung, Tagul, Punan Bengalun, Bekayuk, Pelencau, Punan Rian, Long Pada, Long Nyau, Rian Tubu, Harapan Maju, Maritam, Sekatak Bengara, Tabur Lestari, Long Ranau, Salimbatu, dan Pejalin.
Usman mengatakan penanganan stunting harus terus dilaksanakan dengan pendekatan pemenuhan gizi. Salah satunya belanja paket makanan tambahan bagi balita.
"Pemenuhan gizi harus dilakukan. Jangan sampai parah, muncul lagi kasus stunting baru," katanya.
Pemenuhan gizi juga penting bagi ibu hamil. Ini untuk menunjang kelangsungan 1.000 hari pertama kehidupan atau dari janin hingga bayi berumur 2 tahun. Stunting diakibatkan oleh beberapa hal antara lain lingkungan kurang sehat, kemiskinan, akses air bersih yang minim, hingga sanitasi yang kurang baik.
Usman menegaskan persoalan stunting sebetulnya menjadi tugas bersama. Infrastruktur hingga sektor ekonomi harus terus ditumbuhkan agar masyarakat bisa mendapatkan akses kebutuhan dasar dengan baik.
Ia menambahkan, kasus stunting lebih rentan terjadi di pedesaan mengingat akses dasar yang tidak lebih mudah terpenuhi dibanding dibanding daerah perkotaan.