Senin 13 Mar 2023 08:18 WIB

Musim Kemarau DIY Diprediksi Mulai April Dasarian II

Monsun Australia diperkirakan mulai memasuki wilayah Indonesia selatan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Petani mencongkel bibit bawang merah yang busuk imbas hujan di lahan persawahan Srikayangan, Sentolo, Kulonprogo, Yogyakarta. Setiap memasuki musim kemarau, petani di Srikayangan memilih menanam bawang merah dibandingkan palawija. Keuntungan lebih baik menjadi faktor utama petani memilih menanam bawang merah. Di usia 50 hingga 60 hari biasanya bawang merah sudah bisa dipanen.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani mencongkel bibit bawang merah yang busuk imbas hujan di lahan persawahan Srikayangan, Sentolo, Kulonprogo, Yogyakarta. Setiap memasuki musim kemarau, petani di Srikayangan memilih menanam bawang merah dibandingkan palawija. Keuntungan lebih baik menjadi faktor utama petani memilih menanam bawang merah. Di usia 50 hingga 60 hari biasanya bawang merah sudah bisa dipanen.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di DIY akan terjadi mulai April dasarian II. Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, musim kemarau April dasarian II akan dimulai di beberapa wilayah di DIY.

"Meliputi sebagian kecil Kabupaten Sleman bagian barat, sebagian kecil Kabupaten Bantul bagian barat, dan Kabupaten Kulonprogo bagian timur," kata Reni.

Pada April dasarian III, musim kemarau di DIY akan terjadi di Kulonprogo bagian barat dan selatan. Sedangkan, pada Mei dasarian I, musim kemarau terjadi di Kulonprogo bagian utara, sebagian besar Sleman, Bantul, dan Gunungkidul

"Dari delapan Zona Musim (ZOM) di DIY, dua ZOM (25 persen) diprakirakan akan mulai memasuki musim kemarau pada April 2023, dan enam ZOM (75 persen) pada Mei 2023," ujar Reni.

Perkiraan musim kemarau tersebut di DIY berdasarkan prediksi dinamika atmosfer laut terkini oleh BMKG. Reni menyebut, fenomena La Nina pada Maret 2023 ini dalam kondisi netral, dan diprediksi akan bertahan hingga semester pertama 2023.

Sedangkan, pada semester kedua diprediksi akan beralih menjadi El Nino dengan peluang kejadian 50 sampai 60 persen. Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini, lanjutnya, berada pada kondisi netral dan diprediksi akan bertahan hingga akhir 2023.

Selain itu, anomali Suhu Muka Laut Perairan Indonesia (Sea Surface Temperature/SST) pada Maret hingga Mei 2023 juga dikatakan didominasi kondisi normal, yang kemudian akan beralih menuju anomali positif (hangat) pada Juni hingga Agustus 2023 nanti.

Reni juga menuturkan, monsun Australia diperkirakan mulai memasuki wilayah Indonesia selatan ekuator pada Mei 2023, dengan intensitas relatif sama dengan pola normalnya.

"Posisi daerah pertemuan angin di sekitar ekuator (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) sepanjang April hingga Juli 2023, diprediksi berada di sekitar ekuator hingga sebelah utara garis ekuator dengan posisi sesuai dengan normalnya," jelas Reni.

Melihat dinamika atmosfer laut tersebut, BMKG juga memperkirakan bahwa puncak musim kemarau 2023 di DIY berlangsung antara Juli hingga Agustus 2023. Yakni dengan rincian 1 ZOM (12,5 persen) pada Juli 2023, dan tujuh ZOM (87,5 persen) pada Agustus 2023.

"Panjang musim kemarau 2023 di DIY diprakirakan bervariasi antara 16-20 dasarian. Dengan perincian satu ZOM (12,5 persen) selama 16 dasarian, satu ZOM (12,5 persen) selama 17 dasarian, empat ZOM (50 persen) selama 18 dasarian, satu ZOM (12,5 persen) selama 19 dasarian, dan satu ZOM (12,5 persen) selama 20 dasarian," terangnya.

Mengingat DIY akan memasuki musim kemarau, Reni mengimbau agar pemerintah daerah maupun masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau 2023. Pasalnya, pihaknya memperkirakan bahwa musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya.

Reni juga mengimbau seluruh pihak mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada periode peralihan musim hujan ke kemarau saat ini, yakni dari Maret hingga April.

"Pada periode peralihan musim dari hujan ke kemarau (Maret-April 2023), perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang pada siang hingga sore atau menjelang malam hari," kata Reni.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement