Senin 13 Mar 2023 09:11 WIB

Panel Penyelidikan Sebut Kebakaran Kamp Rohingya di Bangladesh karena Sabotase

2.800 tempat penampungan dan lebih dari 90 fasilitas hancur dalam kebakaran tersebut.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
File foto pengungsi Rohingya berusaha memadamkan kebakaran besar di kamp Balukhali mereka di Ukhiya di distrik Coxs Bazar, Bangladesh, pada 5 Maret 2023.
Foto: AP/Mahmud Hossain Opu
File foto pengungsi Rohingya berusaha memadamkan kebakaran besar di kamp Balukhali mereka di Ukhiya di distrik Coxs Bazar, Bangladesh, pada 5 Maret 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kebakaran di sebuah kamp pengungsian warga Rohingya di Bangladesh, telah menyebabkan ribuan Muslim Rohingya kehilangan tempat tinggal mereka. Area kamp-kamp yang dahulu mereka tinggali di wilayah Bangladesh itu, kini habis terbakar dan hanya menyisakan puing.

"Kebakaran tersebut, diduga ada tindakan sabotase yang direncanakan", dalam sebuah pernyataan, panel yang menyelidiki kebakaran itu pada Ahad (12/3/2023) dilansir dari Reuters.

Baca Juga

Setidaknya hampir 2.800 tempat penampungan dan lebih dari 90 fasilitas termasuk rumah sakit dan pusat pembelajaran hancur dalam kebakaran yang terjadi pada 5 Maret 2023. "Kebakaran itu telah menyebabkan lebih dari 12 ribu orang para pengungsi kehilangan tempat berlindung," kata pejabat setempat.

Data terakhir, lebih dari satu juta pengungsi Rohingya tinggal di puluhan ribu gubuk yang terbuat dari bambu dan terpal plastik tipis di kamp-kamp pengungsi di distrik perbatasan Cox's Bazar, Bangladesh. Kedatangan mereka ke lokasi ini, setelah sebagian besar dari mereka melarikan diri dari aksi penumpasan dan pembantaian yang dipimpin militer Myanmar pada 2017.

"Kebakaran itu merupakan tindakan sabotase yang terencana," kata Abu Sufian, seorang pejabat senior pemerintah distrik di sana yang sekaligus, kepala komite penyelidikan kebakaran yang beranggotakan tujuh orang. Hal itu ia sampaikan kepada Reuters melalui telepon dari Cox's Bazar.

Dia mengatakan, kobaran api terjadi di beberapa tempat pada waktu yang sama. Hal itu juga membuktikan, kebakaran itu tindakan yang direncanakan.

Ia menambahkan, itu upaya yang disengaja untuk membangun supremasi di dalam kamp oleh kelompok militan. Dia tidak menyebutkan kelompok-kelompok itu.

“Kami merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut oleh lembaga penegak hukum untuk mengidentifikasi kelompok di balik insiden itu,” katanya seraya menambahkan bahwa laporan itu berdasarkan masukan dari 150 saksi mata.

Panel ahli itu juga merekomendasikan pembentukan unit pemadam kebakaran terpisah untuk kamp-kamp Rohingya. Setiap blok kamp Rohingya perlu diperlebar untuk menampung kendaraan dinas pemadam kebakaran dan pembangunan tangki air. Selain itu, kamp harus menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar di tempat penampungan, di antara rekomendasi lainnya.

Kebakaran sering terjadi di kamp yang penuh sesak dengan struktur daruratnya. Kebakaran besar pada Maret 2021 menewaskan sedikitnya 15 pengungsi dan menghancurkan lebih dari 10 ribu rumah.

Meningkatnya kejahatan, kondisi kehidupan yang sulit, dan prospek yang suram untuk kembali ke Myanmar mendorong lebih banyak pengungsi Rohingya meninggalkan Bangladesh dengan kapal ke negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia, mempertaruhkan nyawa mereka. Data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan 348 Rohingya diperkirakan telah meninggal di laut tahun lalu. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement