REPUBLIKA.CO.ID, NATUNA — Korban meninggal dunia bencana tanah longsor di Serasan, Natuna, Kepulauan Riau menjadi 46 orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hampir sepekan proses evakuasi dan perbantuan jumlah pengungsian para terdampak bencana, pun bertambah.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, sampai dengan Ahad (12/3/2023) tercatat angka pengungsi menjcapai 2.240 jiwa.
Baca Juga
“Jumlah korban jiwa sampai saat ini yang berhasil ditemukan berjumlah 46 korban. Terdiri dari 24 korban meninggal dunia laki-laki, dan 22 perempuan. Adapun jumlah pengungsi bertambah menjadi 2.240 jiwa,” ujar Abdul dalam siaran pers BNPB yang diterima wartawan di Jakarta, Senin (13/3/2023).
“Korban meninggal dunia yang terakhir ditemukan ada 10 orang, di Kampung Genting, dan di Desa Pangkalan,” kata Abdul menambahkan.
Menurut Abdul, proses evakuasi masih mencatat adanya sembilan warga yang dinyatakan hilang dan belum ditemukan. Adapun untuk para pengungsi, tim evakuasi dan perbantuan melokalisir ke enam titik. Di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) jumla pengungsi tercatat 436 orang.
Di Desa Payak jumlah pengungsi sebanyak 605 orang. Di Desa Batu Berlian, pengungsian tercatat 136 jiwa. Di Gedung SMA-1 Serasan tercatat 238 jiwa. Di Pelimpak ada 432 pengungsia. Dan di Airnusa ada sekitar 393 orang.
Abdul menambahkan, sampai Senin (13/3/2023) proses evakuasi korban, dan pencarian yang hilang akibat bencana tanah longsor masih terus dilakukan. Tim evakuasi gabungan terdiri dari Polri, maupun Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta Badan SAR Nasional, juga dibantu para relawan, dan masyarakat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga turut membantu dengan menyediakan akses peralatan berat untuk pencarian korban yang terimbun tanah longsor. “Ada tujuh unit alat berat yang digunakan untuk proses pencarian korban, termasuk dengan mengandalkan sejumlah personel,” ujar Abdul.
BNPB, pun memastikan proses evakuasi akan difokuskan pada sejumlah warga yang masih dinyatakan hilang. Serta pemberian bantuan berupa tempat tinggal sementara di sejumlah pos pengungsian, dan penyedian kebutuhan sehari-hari untuk para pengungsi. “BNPB terpaksa mengevakuasi warga untuk meninggalkan rumah warga sementara untuk mencegah terjadinya bencana tanah longsor susulan,” kata Abdul.
Tanah longsor di Serasan, Natuna, terjadi pada awal pekan lalu. Intensitas hujan yang tinggi, menyebabkan tanah dari dataran tinggi runtuh ke pemukiman warga yang berada di kaki-kaki bukit. Tanah longsor menimbun sejumlah desa yang berdampak pada banyaknya korban jiwa. Proses evakuasi, dan penanganan bencana tanah longsor di Natuna itu terbilang telat. Karena personel bantuan, dan tim evakuasi baru dapat menjangkau titi lokasi akibat jarak yang mencapai tujuh jam tempuh via jalur laut.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement