Senin 13 Mar 2023 10:56 WIB

Iran: Kesepakatan dengan Saudi akan Bantu Akhiri Perang Yaman

Iran dan Arab Saudi sepakat membuka kembali kedutaannya setelah tujuh tahun.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
File foto Asap mengepul di atas lingkungan setelah serangan udara yang dipimpin Saudi-UEA menargetkan posisi di Sana'a, Yaman, 1 Februari 2022.
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
File foto Asap mengepul di atas lingkungan setelah serangan udara yang dipimpin Saudi-UEA menargetkan posisi di Sana'a, Yaman, 1 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Media Pemerintah Iran melaporkan, misi Iran di PBB mengatakan pemulihan hubungan dengan Arab Saudi akan membantu penyelesaian politik perang Yaman. Pada Jumat (10/3/2023), Iran dan Saudi menyepakati pemulihan hubungan bilateral.

Dua negara sepakat membuka kembali kedutaannya setelah tujuh tahun dalam ketegangan yang membawa dua kekuatan di kawasan di ujung konflik. Tidak lama setelah pecah pada 2014, konflik Yaman berubah menjadi perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.

Baca Juga

Koalisi yang dipimpin Saudi mengintervensi Yaman dan berperang melawan gerakan Houthi yang didukung Iran. Koalisi Arab Saudi hendak memulihkan kekuasaan Pemerintah Yaman yang diakui internasional.

Cina memediasi terobosan diplomatik antara Teheran dan Riyadh yang diyakini akan mengurangi konflik bersenjata di Timur Tengah, baik konflik langsung maupun perang proksi.

Kantor berita Iran, IRNA mengutip pernyataan misi Iran di PBB yang mengatakan kesepakatan dengan Saudi akan mempercepat upaya memperpanjang kesepakatan gencatan senjata di Yaman yang sudah melewati tenggat. "Membantu memulai dialog nasional dan membentuk pemerintah nasional yang inklusif di Yaman," kata misi tersebut, Ahad (12/3/2023).

Gencatan senjata yang paling lama di konflik Yaman sudah berakhir pada Oktober lalu. Namun, kedua belah pihak yang bertikai masih menahan diri dari meningkatkan ketegangan yang dapat memicu kembali perang. Sementera negosiasi antara Houthi dan Arab Saudi untuk memperpanjang kesepakatan itu masih berlangsung.

Houthi menyambut baik pemulihan hubungan Iran dan Arab Saudi, pada saat yang bersamaan mengkritik Amerika Serikat (AS) dan Israel, dua musuh utama Iran.

"Kawasan membutuhkan hubungan antara negara kembali normal, di mana masyarakat Islam mendapatkan kembali keamanannya yang hilang akibat intervensi asing, dipimpin Zionis dan Amerika," kata juru bicara dan ketua negosiasi Houthi, Mohammed Abdulsalam.

Pemerintah Yaman yang didukung Saudi mengeluarkan pernyataan yang hati-hati mengenai kesepakatan itu. Tidak hanya mengungkapkan optimisme, tapi juga peringatan.

"Posisi Pemerintah Yaman bergantung pada tindakan dan praktik bukan kata-kata dan klaim," demikian disampaikan Pemerintah Yaman dalam pernyataannya. Mereka menambahkan, akan memproses kesepakatan ini dengan hati-hati "sampai melihat perubahan perilaku (Iran)."

Pengamat politik dan mantan ketua Serikat Jurnalis Yaman Abdel-Bari Taher menyebut kesepakatan Arab Saudi-Iran sebagai "langkah pertama yang positif." Ia mendesak Riyadh dan Teheran untuk lebih menekan sekutu mereka untuk mengakhiri konflik di Yaman dan meredakan ketegangan di negara lain di kawasan.

"Mereka harus menekan sekutu-sekutu mereka untuk terlibat dengan positif pada upaya PBB menggelar kembali perundingan politik antara orang-orang Yaman. Yaman merupakan titik sensitif dan panas dalam persaingan kawasan. Bila ini terselesaikan, akan meredakan ketegangan di wilayah lain di kawasan," kata Taher.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan peran Yaman mengakibatkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Jutaan orang juga terdorong ke jurang kelaparan.

Baca juga : Bersedia Berbaikan dengan Israel, Arab Saudi Ajukan Syarat ke AS

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement