REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA — Pemberontak di Kongo timur menewaskan sedikitnya 19 orang dan membakar bangunan rumah dan pusat kesehatan masyarakat. Kejadian ini dilaporkan pihak berwenang pada Ahad (12/3/2023).
Kelompok bersenjata yang dicurigai sebagai bagian dari Allied Democratic Forces (ADF), sebuah milisi yang terkait dengan kelompok ISIS, telah menyerang warga sipil di kota Kirindera. Hal itu dikatakan mantan Gubernur Provinsi Kivu Utara, Carly Nzanzu, dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah.
Serangan ADF menewaskan puluhan orang di beberapa desa di Kivu Utara dalam beberapa hari terakhir. Pihak berwenang Kongo mengatakan orang-orang itu dibunuh dengan senjata, pisau, dan parang.
Aamaq, sebuah kantor berita yang terkait kelompok ADF, memposting pernyataan pada Sabtu lalu. Dalam pernyataan itu, disebut ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan lebih dari 35 warga pemeluk Kristen dan melukai puluhan orang di Kongo timur, pekan lalu.
Konflik bersenjata itu telah membara selama beberapa dekade di Kongo timur. Setidaknya ada lebih dari 120 kelompok bersenjata mengaku berjuang untuk mendapatkan kekuasaan, pengaruh dan sumber daya, sementara sebagian lain untuk melindungi komunitas mereka.
Sementara ADF sebagian besar aktif di Provinsi Kivu Utara tetapi baru-baru ini memperluas operasinya ke provinsi tetangga Ituri. Upaya untuk membendung kekerasan terhadap warga sipil hanya berhasil menunjukkan hasil yang sedikit. Operasi gabungan hampir setahun oleh tentara Uganda dan Kongo tidak mampu mengalahkan atau secara substansial melemahkan kelompok ADF ini. Kesimpulan itu juga yang disampaikan pakar PBB pada Desember lalu.
PBB dan kelompok hak asasi manusia menuduh pemberontak ADF melukai, memperkosa, dan menculik warga sipil termasuk anak-anak. Awal bulan ini, Amerika Serikat menawarkan hadiah hingga 5 juta dolar AS untuk informasi yang dapat mengarah pada penangkapan pemimpin kelompok tersebut, Seka Musa Baluku.